|
foto oleh: Amalina |
Saya belum pernah membaca karya Clara Ng yang novel. Tapi, buku
anaknya sudah beberapa. Dan sejauh ini pinjam kawan semua. Ahahahah….
Buku anak Clara Ng selalu disiapkan dengan baik. Hard cover dan
full color. Sementara Kira yang masih dua setengah tahun masih belum tertarik
membaca.
Ketika saya meminta Kira memilih antara tiga buku Clara Ng yang
saya pinjam, dia memilih yang warna kovernya oranye, yang paling mencolok.
Setelah buku itu tidak menarik lagi baginya (cuma bertahan dua
setengah cerita), saya mengambil buku ini. Dan Kira paling heboh melihat Bugi
si hiu.
Berisi tujuh cerita, buku ini memiliki kisah-kisah tidak biasa.
Kancil yang Baik
Track record Kancil dalam cerita
dan lagu yang sering kita dengar adalah pencuri, kan?
Si kancil anak nakal
Suka mencuri ketimun
Ayo cepat ditangkap
Jangan diberi ampun
Ketika kuliah Sastra Anak, saya mendapat kabar
bahwa sudah ada penelitian mengenai pengaruh kisah-kisah (lagu saya masukkan)
terhadap pemikiran anak. Anak-anak terlalu banyak diberi kisah putri sehingga
menderita Cinderella Syndrom, atau seperti kata Mafalda, terlalu banyak
kekerasan dalam buku anak. “Aneh! Bukannya untuk usia berapa pun berciuman
lebih baik daripada berbuat kejahatan?” (Mafalda 2, p. 49). Ya nggak berciuman juga, sih. Tapi memang menunjukkan kasih sayang lebih baik daripada pembunuhan. Beberapa peneliti
sudah mulai berusaha melakukan pembenahan kisah-kisah dongeng yang dulu
disampaikan kepada anak-anak. Diperbaharui.
Seperti yang dilakukan kancil. Ia ingin
memperbaiki nama baiknya, terutama pada Pak Tani dan Buaya. Ia mendatangi Pak
Tani dan Buaya. Awalnya, Pak Tani marah dan mengusir kancil, mengira kancil
hendak mencuri timunnya lagi. Buaya juga mengira kancil hendak menipunya lagi.
Tapi, karena kancil pantang menyerah, Pak Tani dan Buaya pun akhirnya percaya
kepada kancil.
Air Mata Buaya
Istilah ini biasanya digunakan untuk menunjukkan istilah aksi
menangis yang berpura-pura.
Asal mula istilah tersebut sebenarnya
berdasarkan penelitian ilmiah, lho. Dulu, buaya sering kedapatan menangis
sambil memakan mangsanya. Tapi, penelitian menemukan bahwa air mata itu untuk
mengeluarkan kelebihan garam dalam tubuhnya, bukan karena penyesalan.
Nah, kalau di kisah ini, Si Buaya benar-benar
tulus. Buaya adalah anak yang sensitif. Bisa dibilang lebay. Minum kawannya
tumpah, dia menangis sedih. Sup terkena cat sehingga tidak bisa dimakan lagi,
dia menangis. Saking tulusnya, kawan-kawan dan Bu Guru pun ikut terbawa dan
ikut menangis.
Kisah ini agak lebay. Gurunya tidak bersikap
sebagaimana baiknya seorang guru menurut saya. Kisah ini bisa digunakan untuk
mengajarkan perbedaan sifat kepada anak-anak, bahwa ada juga yang sensitif
seperti buaya. Tapi ya gurunya nggak ikut nangis juga….
Bugi Hiu Suka Senyum
Ini Kira heboh lihatnya, soalnya dari kecil lihat video lagu
“Baby Shark” produknya Pink Fong. Bugi selalu tersenyum, padahal kan seharusnya
hiu itu menakutkan. Hahai….
Ketahuan dan Wayang
Sebelum Tidur
Bercerita tentang anak-anak yang susah tidur.
Yang pertama karena bermain dengan boneka-bonekanya, yang kedua karena bermain
membentuk bayangan seperti menonton wayang. Ini belum jadi area Kira. Dia juga
pasti mendukung anak-anak itu, karena Kira pun paling nggak mau disuruh tidur.
Upik Bermain Bola
Upik kupu-kupu merasa badannya terlalu besar untuk bermain bola
bersama kawan-kawannya. Ia sempat minder. Tapi ternyata, ia punya kelebihan
yang tidak dimiliki kawan-kawan lain.
Padi Merah Jambu
Favorit.
|
foto oleh: Amalina |
Saya dulu bilang sama suami, “Kalau Kira nanti
mewarnai awan dengan warna merah jambu dan ditegur oleh gurunya, aku balik
marahin, ya.”
Ahahahah…. Maksud saya adalah untuk memilih
guru yang tidak membatasi imajinasi anak-anak. Memang kenapa kalau Kira nanti
ingin warna biru untuk nasi, misal? Ya nggak apa-apa. Biarkanlah imajinasi si kecil mendominasi.
Dan kisah ini mengingatkan saya pada kata-kata
itu.
Dewi Sri, dewi padi, sedang sakit. Ia pun
meminta bantuan para katak untuk mewarnai padi. Tapi, para katak keliru
mewarnai. Akhirnya, padi yang berwarna merah jambu dan biru membuat heboh para
petani. Dewi Sri pun segera memperbaikinya.
Empat bintang untuk buku
ini.
Judul: Dongeng
Tujuh Menit
Penulis: Clara Ng
Penerbit: Gramedia