Sudah lama saya tidak berminat menulis ulasan buku. Waktu dan
tenaga yang digunakan untuk menulis kesan terhadap sebuah buku bisa digunakan
untuk membaca buku yang lain lagi.
Namun, menulis juga merupakan latihan. Dan merupakan peninggalan.
Ketika mengecek beberapa buku yang saya baca pada tahun-tahun
sebelumnya, saya menemukan kenyataan bahwa sebagian besar isinya tidak bisa
saya ingat. Saya terkesan sesaat setelah membaca, tapi kemudian lupa buku itu
berkisah mengenai apa atau pelajaran apa yang saya uplik dari buku tersebut.
Berbarengan dengan itu, hadir RRC BBI 2017. Saya pernah ikut sekali sepertinya,
duluuuu sekali. Baru kali ini saya melihat event RRC BBI pada awal tahun, dan
berniat mengikutinya.
Dan jika ditunda—sejauh ini sudah lima buku—saya pasti tidak jadi
melaksanakan niat baik ini.
Ini adalah buku kedua yang saya baca tahun 2017. Setelah membaca
buku-buku beraroma manis, saya merasa penat dan butuh sentakkan. Maka, saya
membongkar timbunan dan mencari buku thriller. Dan pilihan saya
jatuh kepada The Sleeping Doll karya Jeffery Deaver.
Buku pertama Jeffery Deaver yang saya baca sebelum ini adalah
Speaking in Tongues (Lidah Tak Bertulang).
***
Pada buku ini, Jeffery memperkenalkan tokoh utama baru, seorang
interrogator bernama Kathryn Dance. Ia bertugas mewawancarai Daniel Pell,
seorang penjahat yang delapan tahun lalu membunuh seluruh keluarga dan seorang
rekannya dengan keji. Yang Daniel tidak tahu, di rumah itu masih ada seorang
anak yang tidur di kamar, di antara boneka, saat pembunuhan tersebut terjadi.
Anak itu dikenal dengan sebutan “Boneka Tidur”.
Ternyata, dalam pertemuan pertama tersebut, keduanya saling
mempelajari dan mengakui keunggulan pengaruh tekanan dan pesona masing-masing.
Cathryn mengakui Daniell memang karismatis dan Daniel mengakui Cathryn memang
cerdas.
Setelah wawancara itu pula, Daniel Pell melarikan diri dan
pembunuhan-pembunuhan pun kembali terjadi.
Sementara korban berjatuhan, Kathryn terus berusaha mengulik masa
lalu Daniel Pell, mengumpulkan orang-orang yang pernah terkait dengan Daniel.
Orang-orang yang pernah tinggal bersama Daniel: Samantha, Linda, dan Rebecca.
Ketiganya, bersama Newberg—yang kemudian dibunuh Pell pernah tinggal bersama
Pell dan disebut “Keluarga”. Atau, bisa juga disebut pengikut. Ketiganya
sebenarnya sudah tidak mau ada urusan dengan Daniel Pell.
"Sungguh lucu bagaimana kau ingin lolos dari masa lalu. Rasanya seperti anjing yang dirantai. Tak peduli seberapa jauh ia berlari, ia tak pernah bisa bebas."--p. 408
Tapi, mereka juga tidak mau Daniel berkeliaran dan kembali
membunuh.
Karena Daniel dianggap berkompeten menjadi pemimpin sekte—ia
pernah memiliki ketiga wanita itu sebagai pengikut setia—FBI mengirim Winston
Kellog, seorang ahli di bidang sekte. Kathryn juga mendapat bantuan dari Nigel,
seorang penulis yang tertarik mengangkat kisah mengenai korban Pell yang
selamat, si Boneka Tidur. Bahkan, Cathryn berupaya keras mencari tahu
keberadaan si Boneka Tidur untuk mempelajari pola pikir Daniel yang tidak
biasa.
Daniel memang tidak tampak seperti kebanyakan penjahat yang
ditemui Kathryn. Sebagai pelarian, ia tidak memilih segera menjauh agar lolos
dari pengejaran. Daniel justru masih berkeliaran di daerah tersebut. Kathryn
memang membutuhkan bantuan dari segala sisi untuk mendapatkan setidaknya
petunjuk untuk mengetahui alasan Daniel tetap di sana, dan berhasil menemukan
Daniel pada targetnya yang berikutnya.
Dan kunci penyelesaian kasus ini memang ada pada kisah si Boneka
Tidur. Lagi pula, ternyata malam itu ia tidak benar-benar tidur.
Tampaknya, semua orang memang pembohong….
***
Membaca buku ini seperti menonton film action. Polisi
dan penjahat bukan hanya adu tindakan, tapi juga kepintaran. Dan, sama seperti buku pertamanya yang saya baca, di buku ini Jeffery tetap
menjaga “kewarasan” para tokohnya. Maksud saya, nggak ada adegan sia-sia atau
nggak banget. Tindakan yang diambil para tokohnya memang tindakan yang paling
mungkin diambil jika kita berada pada posisi mereka.
Kisah seperti ini seringnya membuat saya bertanya-tanya: bagaimana
jika saya berada pada posisi seperti itu?
Dan saat terjepit, Cathryn mengandalkan tebakannya atas informasi
yang terkumpul. Iya, ia belum memastikan kebenarannya. Namun, kondisinya yang
terjepit membuatnya bertaruh.
Menariknya, meskipun model buku ini adalah “penjahatnya ketahuan
duluan”, Jeffery tetap menyisakan twist. Beberapa twist,
bahkan. Dan Jeffery pandai membawa pembaca pada situasi yang dialami para
tokoh. Sehingga ketika tokoh yang saya sukai terancam, saya ikut panik. Dan
berharap tokoh itu akan baik-baik saja.
Mengikuti cara kerja Cathryn sebenarnya rada geregetan. Andalannya
adalah mendeteksi kebohongan. Sepanjang buku, kita diberi penjelasan bagaimana
ciri orang-orang yang berbohong—yang saya rasa aslinya tidak mudah dan butuh
banyak pengalaman sebelum menjadi ahli.
"Orang cenderung tidak banyak berbohong saat bisa melihat diri sendiri.--p. 17"
Judul: The Sleeping Doll (Boneka Tidur)
Penulis: Jeffery Deaver
Penerbit: Gramedia
Tebal: 632 halaman.
Tahun terbit: 2007
ISBN: 9789792270440
No comments:
Post a Comment