Entri Populer

Friday, 13 January 2017

Biarkan Imajinasi Si Kecil Mendominasi (Ulasan Buku Dongeng Tujuh Menit karya Clara Ng)


foto oleh: Amalina

Saya belum pernah membaca karya Clara Ng yang novel. Tapi, buku anaknya sudah beberapa. Dan sejauh ini pinjam kawan semua. Ahahahah….

Buku anak Clara Ng selalu disiapkan dengan baik. Hard cover dan full color. Sementara Kira yang masih dua setengah tahun masih belum tertarik membaca.

Ketika saya meminta Kira memilih antara tiga buku Clara Ng yang saya pinjam, dia memilih yang warna kovernya oranye, yang paling mencolok.

Setelah buku itu tidak menarik lagi baginya (cuma bertahan dua setengah cerita), saya mengambil buku ini. Dan Kira paling heboh melihat Bugi si hiu.

Berisi tujuh cerita, buku ini memiliki kisah-kisah tidak biasa.

Kancil yang Baik
Track record Kancil dalam cerita dan lagu yang sering kita dengar adalah pencuri, kan?

Si kancil anak nakal
Suka mencuri ketimun
Ayo cepat ditangkap
Jangan diberi ampun

Ketika kuliah Sastra Anak, saya mendapat kabar bahwa sudah ada penelitian mengenai pengaruh kisah-kisah (lagu saya masukkan) terhadap pemikiran anak. Anak-anak terlalu banyak diberi kisah putri sehingga menderita Cinderella Syndrom, atau seperti kata Mafalda, terlalu banyak kekerasan dalam buku anak. “Aneh! Bukannya untuk usia berapa pun berciuman lebih baik daripada berbuat kejahatan?” (Mafalda 2, p. 49). Ya nggak berciuman juga, sih. Tapi memang menunjukkan kasih sayang lebih baik daripada pembunuhan. Beberapa peneliti sudah mulai berusaha melakukan pembenahan kisah-kisah dongeng yang dulu disampaikan kepada anak-anak. Diperbaharui.

Seperti yang dilakukan kancil. Ia ingin memperbaiki nama baiknya, terutama pada Pak Tani dan Buaya. Ia mendatangi Pak Tani dan Buaya. Awalnya, Pak Tani marah dan mengusir kancil, mengira kancil hendak mencuri timunnya lagi. Buaya juga mengira kancil hendak menipunya lagi. Tapi, karena kancil pantang menyerah, Pak Tani dan Buaya pun akhirnya percaya kepada kancil.


Air Mata Buaya
Istilah ini biasanya digunakan untuk menunjukkan istilah aksi menangis yang berpura-pura.

Asal mula istilah tersebut sebenarnya berdasarkan penelitian ilmiah, lho. Dulu, buaya sering kedapatan menangis sambil memakan mangsanya. Tapi, penelitian menemukan bahwa air mata itu untuk mengeluarkan kelebihan garam dalam tubuhnya, bukan karena penyesalan.

Nah, kalau di kisah ini, Si Buaya benar-benar tulus. Buaya adalah anak yang sensitif. Bisa dibilang lebay. Minum kawannya tumpah, dia menangis sedih. Sup terkena cat sehingga tidak bisa dimakan lagi, dia menangis. Saking tulusnya, kawan-kawan dan Bu Guru pun ikut terbawa dan ikut menangis.

Kisah ini agak lebay. Gurunya tidak bersikap sebagaimana baiknya seorang guru menurut saya. Kisah ini bisa digunakan untuk mengajarkan perbedaan sifat kepada anak-anak, bahwa ada juga yang sensitif seperti buaya. Tapi ya gurunya nggak ikut nangis juga….    

Bugi Hiu Suka Senyum
Ini Kira heboh lihatnya, soalnya dari kecil lihat video lagu “Baby Shark” produknya Pink Fong. Bugi selalu tersenyum, padahal kan seharusnya hiu itu menakutkan. Hahai….

Ketahuan dan Wayang Sebelum Tidur
Bercerita tentang anak-anak yang susah tidur. Yang pertama karena bermain dengan boneka-bonekanya, yang kedua karena bermain membentuk bayangan seperti menonton wayang. Ini belum jadi area Kira. Dia juga pasti mendukung anak-anak itu, karena Kira pun paling nggak mau disuruh tidur.

Upik Bermain Bola
Upik kupu-kupu merasa badannya terlalu besar untuk bermain bola bersama kawan-kawannya. Ia sempat minder. Tapi ternyata, ia punya kelebihan yang tidak dimiliki kawan-kawan lain.

Padi Merah Jambu
Favorit.
foto oleh: Amalina

Saya dulu bilang sama suami, “Kalau Kira nanti mewarnai awan dengan warna merah jambu dan ditegur oleh gurunya, aku balik marahin, ya.”

Ahahahah…. Maksud saya adalah untuk memilih guru yang tidak membatasi imajinasi anak-anak. Memang kenapa kalau Kira nanti ingin warna biru untuk nasi, misal? Ya nggak apa-apa. Biarkanlah imajinasi si kecil mendominasi.

Dan kisah ini mengingatkan saya pada kata-kata itu.

Dewi Sri, dewi padi, sedang sakit. Ia pun meminta bantuan para katak untuk mewarnai padi. Tapi, para katak keliru mewarnai. Akhirnya, padi yang berwarna merah jambu dan biru membuat heboh para petani. Dewi Sri pun segera memperbaikinya.



Empat bintang untuk buku ini.

Judul: Dongeng Tujuh Menit
Penulis: Clara Ng
Penerbit: Gramedia
ISBN: 9789792280210
Dibaca satu hari, pas tahun baru.


No comments:

Post a Comment

Pages