Ulasan Novel Konspirasi Takdir Karya Jeffrey
Archer
Judul: Konspirasi Takdir [A Prisoner of Birth]
Penulis: Jeffrey Archer
Penerbit: Gramedia, 2008
Halaman: 616
Bagai Jatuh Tertimba Tangga
Tangga besi pula.
Mungkin itu peribahasa yang cocok
menggambarkan kondisi Danny Cartwright (iya, nama keluarganya mirip Rianti,
artis Indonesia yang mirip saya). Suatu hari, dia melamar pacarnya, Beth
Wilson. Kemudian, dia, Beth, dan Bernie Wilson—kakak Beth, mengadakan semacam
perayaan atas lamaran itu di Dunlop Arms—semacam kedai tempat minum.
Nahas, pengunjung lain di sana, empat orang
laki-laki, mulai resek. Awalnya,
salah satu dari mereka ngasih celetukan merendahkan. Karena tidak ditanggapi,
celetukan itu semakin menjadi. Pancingan berhasil. Mereka berkelahi. Ketika
pertengkaran sepertinya sudah akan dimenangkan tunangan dan kakaknya, Beth
memanggil taksi. Hanya beberapa menit dia pergi. Tapi, yang dibutuhkan Beth
kemudian ternyata bukan lagi taksi, melainkan ambulans.
Bernie tidak selamat selama di perjalanan
menuju rumah sakit. Beberapa tusukan di tubuhnya membuat ia kehabisan terlalu
banyak darah. Dan yang menjadi tersangka adalah Danny.
Danny dan Beth tidak menyangka, keempat orang
yang ada di Dunlop Arms malam itu adalah orang-orang dengan posisi terhormat di
masyarakat: pengacara, aktor, aristrokat, dan rekanan perusahaan terkemuka. Sementara
Danny hanya karyawan bengkel. Dan
satu-satunya saksi yang menguatkan dia adalah tunangannya, yang mungkin
membelanya berdasarkan cinta.
Kepada siapa memangnya juri akan memihak?
***
Bagai Mendapat Durian Runtuh
Durian montong pula.
Setelah kesialan bertubi-tubi, Danny mendapat
kesempatan emas. Justru kesempatan itu ia dapatkan di penjara. Dengan
memberanikan diri mengambil risiko, dia berhasil bebas—dan kaya. Mulailah
saatnya membalas dendam.
***
“Tugasmu membela klienmu sebaik mungkin, bersalah maupun tidak.”—p. 57
Hal yang menarik dari buku ini bagi saya
justru cara bekerja pengacara, jaksa, dan hakim ketika persidangan berlangsung.
Pertarungan Alex Redmayne—pembela Danny dengan
Arnold Pearson—jaksa, mewakili kerajaan.
Misalnya, pertanyaan pertama Pearson untuk
Beth. Bukannya bertanya “di mana Anda pada tanggal xxx”, atau “apa yang Anda
lihat”, atau sejenisnya, ia malah bertanya:
“Miss Wilson, apa sarapan Anda pagi ini?”
Mengejutkan, memang. Seolah tidak terkait
dengan kasus. Dan pasti saksi malah jadi bingung. Namun ternyata kaitannya
adalah:
“Anda tidak ingat sarapan Anda pagi ini, tapi Anda ingat sekali ucapan
yang Anda dengar enam bulan lalu.”
***
Saya mulai hilang kesabaran di halaman 480-an. Aksi pembalasan dendam Danny
tidak bisa saya nikmati.
Malah
kayak sinetron, pikir saya. Panjang betul
dijabarinnya.
Jauh sebelumnya, pada saat pertemuan Danny
dengan rekan satu selnya, Nick dan Big Al, saya sudah sempat mengernyit. Nick
dan Big Al bisa dikatakan sangat baik kepada Danny. Kelewat baik untuk orang
yang baru kenal. Dan saya sependapat dengan Big Al: ngapain Nick sampe ngajarin
Danny cara makan di restoran mewah?
*spoiler*
Bahkan, Nick membuat wasiat kalau dia
mewariskan seluruh hartanya kepada Danny.
*spoiler end*
Masalahnya, karakter Danny nggak memikat
pembaca—saya—seperti dia berhasil memikat Nick, Big Al, dan tokoh lain yang
membelanya mati-matian.
Memang, dia berusaha berjuang melawan tuduhan
pembunuhan. Bahkan tawaran agar dia mau mengakui saja pembunuhan itu agar
hukumannya jauh lebih ringan ditolaknya.
“Kalau kau menerima tawaran itu (mengakui), kau dapat meniti hidup bersama Beth dalam kurun 2 tahun.”
“Hidup macam apa?”—101
Tapi nggak seistimewa itu karakternya. Bahkan,
dia sempat merendahkan orang berdasarkan latar belakang.
Ia [Danny] membayangkan apakah Molly akan seterpesona itu jika tahu bahwa dia baru saja melayani anak tukang parkir di Grimsby Borough Council.—p. 485
Memang kenapa kalau dia anak tukang parkir?
-____-“
Tapi, saya jadi ingat jawabannya—kenapa Danny
bisa mendapat dua peribahasa tersebut—ketika melihat judul buku ini: Mungkin,
itu semua memang konspirasi takdir. [*]
Aih, twist tentang pertanyaan sarapan itu cerdas sekali, Bunda Kira.
ReplyDelete