Judul :
Misteri Patung Garam
Penulis :
Ruwi Meita
Editor :
Sulung S. Hanum & Jia Effendie
Penerbit :
Gagas Media
Cetakan :
2015
Lagi, saya menemukan buku Gagas yang
digarap 2 editor.
Sayang, catatan terkait buku ini di HP yang
lama, jadi masalah editing akan saya lewatkan.
Sejak muncul kovernya, saya sudah penasaran
dengan buku ini. Harapan saya besar karena saya suka pembunuhan. Novel ini
berhasil mengombang-ambing perasaan pembaca.
Cerita singkatnya begini, Kiri Lamari
seorang polisi yang baru dipindahtugaskan ke Surabaya. Dia disambut dengan
kasus pembunuhan yang unik. Mayatnya dibaluri dengan garam. Jadi, awet.
Jadi, pembunuh yang dihadapi Kiri kali ini
adalah pembunuh yang cerdas, yang mementingkan keindahan. Model pembunuh yang
justru berbahaya karena biasanya berhati-hati. Tapi, pembunuh itu melakukan
improvisasi. Dia tidak punya cukup waktu untuk membuat patung dengan sempurna.
Dan itu karena kehadiran Kiri.
Hal itu justru menuntun Kiri lebih dekat dengan
si pembunuh.
Meskipun novel pembunuhan, ceritanya
disisipi kisah cintanya dengan Kenes dan konfliknya dengan orang tua. Dan,
kehadiran Ireng.
Saya pribadi nggak tertarik dengan Kiri
Lamari. *Eee..., selera saya tentang cowok memang rada aneh.* Saya justru tertarik
dengan karakter Inspektur Saut dan “kampret rebus”-nya. Dan, tentu dengan
Ireng, si anak songong.
Yang juara di novel ini justru keutuhannya.
Sebagai novel detektif, semua pertanyaan terjawab. Dan terjawab dengan kondisi
memaksa pembaca membuka kembali lembar-lembar awal untuk meyakinkan diri.
beberapa patung memang luar biasa |
tuh, mirip banget manusia... |
Di tengah-tengah membaca buku ini, saya
sempet sok-sok-an bilang ke temen kalau saya tahu pembunuhnya. Dan memang benar
tebakan saya. Yang tidak saya duga adalah masih ada lebih dari satu kejutan
(termasuk ending) yang ditahan. Lalu
saya kembali menekuri buku ini sambil merasa jengkel karena saya jadi tidak
pernah tahu bagaimana rasanya jika saya mengetahuinya langsung, bukan karena
informasi teman.
Awal membuka buku ini, saya langsung suka. Prolog
novel ini membuat saya menunda membaca. Karena khawatir begitu mulai nggak mau
berhenti.
Masuk di tengah-tengah ya itu tadi, ada
insiden sok-sok-an dari saya.
Lalu, ending-nya
kece.
Mungkin ini alasan saya menunda bikin
ulasan buku ini. Karena kemungkinan besar justru bingung mau bahas apa lagi.
Jadi, udahin aja.
Tentu menyenangkan bertemu dengan Inspektur
Saut dan Ireng lagi.
:D
:D
No comments:
Post a Comment