Judul : Insiden Anjing di Tengah
Malam yang Bikin Penasaran
Penulis : Mark Haddon
Penerjemah: Hendarto Setiadi
Penerbit : KPG
Cetakan : Keempat (Juli 2012)
Seperti yang saya bilang pada ulasan spontan saya di Goodreads, buku
ini suram. Dan saya merasa letih setelah menyelesaikannya. Letih karena
membayangkan dunia Christopher Boone, tokoh utama sekaligus pencerita dalam
buku ini, yang begitu rumit.
Beberapa kali, saat membaca, saya membayangkan gelagat Christopher
seperti Sah Rukh Khan dalam “My Name is Khan”. Saya tidak paham apa itu
autisme, apalagi sindrom asperger. Yang saya tahu, bukan paham, orang autis
memiliki dunia sendiri. Saya sendiri pernah suka bercanda dengan mengatakan “autis”
kepada teman yang sedang asik sendiri. Asik dengan buku atau ponselnya, misal.
Tapi, saya rasa saya bisa dengan santai mengucapkannya karena tidak mempunyai
kerabat dekat yang mengalami autisme. Jika punya, bisa jadi itu sama sekali
tidak lucu.
dua orang ini juga penderita sindrom asperger, dan kemampuan mereka luar biasa |
Nah, “dunia” orang autis itulah yang dipaparkan oleh Christopher
melalui tulisannya.
Dunia mereka sebenarnya baik-baik saja. Tapi karena manusia perlu
berinteraksi, dunia mereka sering tidak cocok dengan dunia orang umumnya.
Novel ini suram.
Itu yang saya simpulkan.
Oh, iya, malah belum cerita kisah ringkasnya.
Christopher Boone anak tunggal yang mengalami sindrom asperger. Singkatnya,
dia genius sekaligus super kikuk. Suatu malam, ketika Christopher sedang
berjalan-jalan, kebiasaannya karena sulit tidur, dia menemukan Wellington,
anjing tetangganya, mati tertikam garpu rumput.
Rasa penasaran membuatnya memutuskan menyelidiki pembunuh
Wellington. Keputusan itu membuatnya mengalami peristiwa-peristiwa tak terduga.
Konsep cerita buku ini sama dengan kebanyakan buku lain. Tokoh
utama, diberi konflik pelik yang membuatnya mengambil keputusan, keputusan
tersebut mengubah banyak hal dalam hidupnya.
Yang membuat berbeda adalah tokohnya. Hanya itu.
Benarkah penggunaan kata “hanya” yang saya gunakan?
Hanya versi Mark Haddon sangat total. Buku ini adalah tulisan
Christopher. Dan itulah yang kita dapat. Dunia dalam sudut pandang Christopher.
Ada beberapa hal menarik dalam buku ini.
(penjelasan mengenai matematika atau fisika yang di luar jangkauan
otak saya tidak termasuk)
1. Minesweeper
Untuk meredam gandrung saya pada game PC komputer, saya sempat
bertahan hanya dengan game bawaan. Solitaire. Bosan. Saya baru sadar, ada game
lain. Minesweeper. Game ini benar-benar menarik. Walau tanpa saingan, saya
berkali-kali mencoba mengalahkan rekor sendiri. Sayang, saya lupa berapa rekor
saya sehingga tidak bisa membandingkannya dengan milik Christopher. :D
2. Metafora
Coba saya kutip sedikit.
Bagiku orang-orang itu membingungkan.
Ada dua alasan untuk itu.
Alasan utama yang pertama adalah bahwa orang sering berbicara tanpa menggunakan kata-kata.
Alasan utama yang kedua adalah karena orang sering berbicara dengan menggunakan metafora atau kiasan.—p. 24
Sampai di sini, saya sepakat. Jadi, jarang manusia yang menerapkan
prinsip kerja sama dalam berbahasa. Orang-orang lebih suka sedikit berbicara
tapi dimengerti. Atau, berbicara lebih dari yang diperlukan sambil berharap
orang lain mau mengerti. *Jadi inget lagu Ada Band, “Karena wanita ingin
dimengerti” *haish*
Ada 4 prinsip. Kualitas, kuantitas, relevansi, dan cara. (*ini bukan
hafal luar kepala, tapi pake acara buka buku Pragmatik-nya Louise Cummings,
ngahahahah....) Inti keempat poin itu sih, ngomong seperlunya. Titik.
Penerapan prinsip ini menurut saya justru hampir mustahil berhasil
membuat harmonis hubungan antarmanusia. Dan, prinsip ini hampir selalu diterapkan oleh
Christopher.
Jawab seperlunya. Dan orang-orang di sekitarnya justru harus lebih
sering nahan emosi ketimbang mensyukuri.
Kata metafora juga suatu metafora.—p. 25
Saya pernah baca, tapi nggak paham. Baca di sini, hampir paham.
*sama aja*
3. Bilangan Prima
Saya beberapa kali baca orang mengagungkan bilangan prima. Bahkan
sampe selesai baca buku yang setiap bab dimulai dengan bilangan prima, saya
masih belum paham apa yang bikin bilangan prima begitu spesial selain karena
dia hanya bisa dibagi dengan angka 1 dan dirinya sendiri dengan hasil tetap
bilangan bulat.
4. Sherlock Holmes
Karena buku ini, bayangan
saya tentang detektif ini berubah. Dan saya jadi pengen baca cerita “Anjing
dari Baskerville” versi aslinya.
5. Ending
Ending seperti apa yang kalian harapkan dalam novel?
Ending yang
saya harapkan nggak saya dapatkan dalam novel ini. Tapi..., seringnya begitulah
hidup, kan? Jadi, poin ini justru membuat kesan novel ini a
Begitulah. Saya telah terseret Christopher ke dalam dunianya.
Kalau Anda seorang guru, pemerhati anak, penyuka buku Totto Chan, sepertinya akan suka juga
buku ini.
Oh, hampir lupa. Dalam hal penyuntingan, saya sungguh penasaran
dengan “apapun”, “siapapun”, “samasekali”, “memberitahu”, apakah sengaja
digabung (?) Lalu ada “milyar” dan “miliar”. Serta “supir” dan “nafas”.
Sumber gambar: kover, Messi, Einstein, minesweeper, Benedict.
Ayo baca Anjing dari Baskerville, di kantor ada loh. Btw, ada spoiler tentang novel Holmes itu di buku ini kan?
ReplyDeleteIyak..., justru karena spoiler itu jadi pengen baca ulang....
Delete:D