Entri Populer

Wednesday, 20 May 2015

Ulasan buku Insiden Anjing di Tengah Malam yang Bikin Penasaran Karya Mark Haddon






Judul         : Insiden Anjing di Tengah Malam yang Bikin Penasaran

Penulis      : Mark Haddon

Penerjemah: Hendarto Setiadi

Penerbit    : KPG

Cetakan    : Keempat (Juli 2012)



Seperti yang saya bilang pada ulasan spontan saya di Goodreads, buku ini suram. Dan saya merasa letih setelah menyelesaikannya. Letih karena membayangkan dunia Christopher Boone, tokoh utama sekaligus pencerita dalam buku ini, yang begitu rumit. 


Beberapa kali, saat membaca, saya membayangkan gelagat Christopher seperti Sah Rukh Khan dalam “My Name is Khan”. Saya tidak paham apa itu autisme, apalagi sindrom asperger. Yang saya tahu, bukan paham, orang autis memiliki dunia sendiri. Saya sendiri pernah suka bercanda dengan mengatakan “autis” kepada teman yang sedang asik sendiri. Asik dengan buku atau ponselnya, misal. Tapi, saya rasa saya bisa dengan santai mengucapkannya karena tidak mempunyai kerabat dekat yang mengalami autisme. Jika punya, bisa jadi itu sama sekali tidak lucu.





dua orang ini juga penderita sindrom asperger, dan kemampuan mereka luar biasa

 
Nah, “dunia” orang autis itulah yang dipaparkan oleh Christopher melalui tulisannya.


Dunia mereka sebenarnya baik-baik saja. Tapi karena manusia perlu berinteraksi, dunia mereka sering tidak cocok dengan dunia orang umumnya.


Novel ini suram.

Itu yang saya simpulkan.


Oh, iya, malah belum cerita kisah ringkasnya. 


Christopher Boone anak tunggal yang mengalami sindrom asperger. Singkatnya, dia genius sekaligus super kikuk. Suatu malam, ketika Christopher sedang berjalan-jalan, kebiasaannya karena sulit tidur, dia menemukan Wellington, anjing tetangganya, mati tertikam garpu rumput.

Rasa penasaran membuatnya memutuskan menyelidiki pembunuh Wellington. Keputusan itu membuatnya mengalami peristiwa-peristiwa tak terduga.



Konsep cerita buku ini sama dengan kebanyakan buku lain. Tokoh utama, diberi konflik pelik yang membuatnya mengambil keputusan, keputusan tersebut mengubah banyak hal dalam hidupnya.



Yang membuat berbeda adalah tokohnya. Hanya itu. 


Benarkah penggunaan kata “hanya” yang saya gunakan?


Hanya versi Mark Haddon sangat total. Buku ini adalah tulisan Christopher. Dan itulah yang kita dapat. Dunia dalam sudut pandang Christopher. 


Ada beberapa hal menarik dalam buku ini.

(penjelasan mengenai matematika atau fisika yang di luar jangkauan otak saya tidak termasuk)

1.  Minesweeper

Untuk meredam gandrung saya pada game PC komputer, saya sempat bertahan hanya dengan game bawaan. Solitaire. Bosan. Saya baru sadar, ada game lain. Minesweeper. Game ini benar-benar menarik. Walau tanpa saingan, saya berkali-kali mencoba mengalahkan rekor sendiri. Sayang, saya lupa berapa rekor saya sehingga tidak bisa membandingkannya dengan milik Christopher. :D





2.  Metafora

Coba saya kutip sedikit.




Bagiku orang-orang itu membingungkan.

Ada dua alasan untuk itu.

Alasan utama yang pertama adalah bahwa orang sering berbicara tanpa menggunakan kata-kata.

Alasan utama yang kedua adalah karena orang sering berbicara dengan menggunakan metafora atau kiasan.—p. 24




Sampai di sini, saya sepakat. Jadi, jarang manusia yang menerapkan prinsip kerja sama dalam berbahasa. Orang-orang lebih suka sedikit berbicara tapi dimengerti. Atau, berbicara lebih dari yang diperlukan sambil berharap orang lain mau mengerti. *Jadi inget lagu Ada Band, “Karena wanita ingin dimengerti” *haish*


Ada 4 prinsip. Kualitas, kuantitas, relevansi, dan cara. (*ini bukan hafal luar kepala, tapi pake acara buka buku Pragmatik-nya Louise Cummings, ngahahahah....) Inti keempat poin itu sih, ngomong seperlunya. Titik. 


Penerapan prinsip ini menurut saya justru hampir mustahil berhasil membuat harmonis hubungan antarmanusia. Dan, prinsip ini hampir selalu diterapkan oleh Christopher.

Jawab seperlunya. Dan orang-orang di sekitarnya justru harus lebih sering nahan emosi ketimbang mensyukuri.



 Kata metafora juga suatu metafora.—p. 25


Saya pernah baca, tapi nggak paham. Baca di sini, hampir paham. *sama aja* 

     

3. Bilangan Prima



Saya beberapa kali baca orang mengagungkan bilangan prima. Bahkan sampe selesai baca buku yang setiap bab dimulai dengan bilangan prima, saya masih belum paham apa yang bikin bilangan prima begitu spesial selain karena dia hanya bisa dibagi dengan angka 1 dan dirinya sendiri dengan hasil tetap bilangan bulat.



4. Sherlock Holmes

Karena buku ini, bayangan saya tentang detektif ini berubah. Dan saya jadi pengen baca cerita “Anjing dari Baskerville” versi aslinya.



 

5. Ending

Ending seperti apa yang kalian harapkan dalam novel?  

Ending yang saya harapkan nggak saya dapatkan dalam novel ini. Tapi..., seringnya begitulah hidup, kan? Jadi, poin ini justru membuat kesan novel ini a
dalah tulisan Christopher semakin nyata.



Begitulah. Saya telah terseret Christopher ke dalam dunianya.
 

Kalau Anda seorang guru, pemerhati anak, penyuka buku Totto Chan, sepertinya akan suka juga buku ini. 




Oh, hampir lupa. Dalam hal penyuntingan, saya sungguh penasaran dengan “apapun”, “siapapun”, “samasekali”, “memberitahu”, apakah sengaja digabung (?) Lalu ada “milyar” dan “miliar”. Serta “supir” dan “nafas”.





Sumber gambar: kover, Messi, Einstein, minesweeper, Benedict.



2 comments:

  1. Ayo baca Anjing dari Baskerville, di kantor ada loh. Btw, ada spoiler tentang novel Holmes itu di buku ini kan?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyak..., justru karena spoiler itu jadi pengen baca ulang....
      :D

      Delete

Pages