Entri Populer

Friday, 29 May 2015

Pengumuman GA Ultah Palasara

Terima kasih buat semua yang udah ikutan GA Ultah Palasara...
Terima kasih untuk doanya...
*peluk atu-atu*



Setelah berdiskusi dengan misua, kami memilih jawaban Mbak Eni Lestari (
@dust_pain) yang paling menggelitik.

Asuransi pendidikan sepertinya memang perlu dipersiapkan.
Sepertinya, itu bisa membuat kami lebih berlega hati mengenai biaya pendidikan Palasara yang kemungkinan tentu semakin hari semakin besar.


Selamat bagi yang menang. Silakan kirimkan email ke m.saratini@gmail.com berisi nama, alamat lengkap, dan nomor telepon. Ditunggu maksimal 2 x 24 jam dari pengumuman diberikan atau akan dipilih pemenang baru. :)


Buat om dan tante yang lain, sekali lagi terima kasih, ya... 
Semoga berjodoh dengan GA lain di blog ini...

(づ ̄ ³)~



Wednesday, 27 May 2015

ULasan Misteri Perkawinan Maut karya S Mara Gd





Judul: Misteri Perkawinan Maut
Penulis: S. Mara Gd.
Penerbit: Gramedia
Halaman: 552 halaman

Di kover buku ini, ada tulisan: penulis thriller no #1 di Indonesia. Sebenarnya, thriller itu apa?
Saya nggak begitu paham.

Yang saya tau, S. Mara Gd. Penulis cerita pembunuhan dengan tokoh polisi Gozali dan Kosasih. Kalo nggak salah, Gozali ini mantan penjahat, ya (?) Saya lupa. Membacanya pertama kali dulu… bersamaan dengan gandrungnya saya terhadap karya-karya Agatha Christie. Tapi karena kalah menarik dengan Agatha—menurut saya—maka saya tinggalkanlah Gozali dan menempel pada Poirot. 
 
Bercerita tentang kisah perkawinan yang berujung maut. Hamidah Bakar adalah sekretaris sekaligus simpanan Rudolf Lusong. Tentu saja Hamidah hanya mengincar hartanya. Seperti kebanyakan kisah tentang wanita penggoda, perlahan Hamidah mulai menuntut dinikahi. Tapi, Rudolf menolak. Dia masih cukup waras untuk menyadari bahwa kebersamaannya dengan Hamidah hanya selingan.

Sayang, perselingkuhan itu akhirnya terkuak. 

Dilihat langsung oleh anak pertamanya, Evi. Saya tidak bisa membayangkan shock yang dialami Evi ketika mendapati ayahnya dan perempuan lain berbalut pakaian tidur di apartemen. Dia masih 12 tahun, tapi cukup mengerti apa yang terjadi. Bagaimana bisa anak itu berada di apartemen dan melihat semua itu? Bisa dibaca sendiri. Ceritanya menarik.

Tidak bisa tidak, Rudolf bercerai dari istrinya, Gabrielle Lusong. Setelah perceraian itu, Rudolf menikahi Hamidah.
Dan di sinilah semuanya bermula.

Seperti diceritakan di back cover buku ini. Hamidah justru seakan direnteti kesialan. Karena keserakahan dan ketidaksabarannya, sih.
Pacarnya, lelaki tersembunyi yang ikut andil dalam rencana mengeruk harta Rudolf, lebih penyabar dan cerdas memilih jalan. Tidak gegabah seperti Hamidah. Akibatnya, dia tidak mendapat apa-apa dan justru ditemukan mati.

Setelah itu, Gozali dan Kosasih muncul, menelisik satu demi satu petunjuk, saksi, bukti, kebohongan, hingga perlahan mengarah kepada pelaku. Sementara, sudah jatuh korban-korban berikutnya.

Yang menarik dalam novel ini justru pelajaran hidup yang disampaikan melalui tokoh-tokohnya setelah mengalami guncangan dalam hidup mereka.

1.  Gabrielle Lusong, tadinya istri yang tabah menerima apa-apa perlakuan suami. Tipe istri penurut yang jika ada apa-apa yang salah, dirinya yang patut ditengok terlebih dahulu. Ini tipe cewek “malaikat” gitu kalo di sinetron. Tapi, S. Mara Gd. Berhasil menyampaikannya dengan lebih masuk akal. Setelah perselingkuhan suaminya, dia bangkit, memupuk percaya diri, didukung orang-orang sekitar.

“Ya. Sebetulnya dia adalah ayah yang baik. Aku saja yang gagal menjadi istrinya.”
 ....
“Mungkin karena aku jadi gemuk lalu aku sudah tidak menarik lagi baginya. Andaikan saja aku dulu lebih pintar menjaga tubuhku….”—p. 85

*tuh, dia tipe cewek begini…*





Dari Gabrielle, cewek-cewek bisa belajar pentingnya merawat diri dan menghargai diri sendiri. Secinta apa pun kepada sang lelaki.

Tapi, yang cowok jangan langsung hore-hore. Ada kutipan menarik dari salah satu tokoh, menyahuti keluh introspeksi di atas.

“Seorang suami yang meninggalkan istrinya hanya karena dia menjadi gemuk setelah melahirkan dua anak untuknya bukanlah suami yang patut dipertahankan,” kata Citra.—p. 85


2. Rudolf Lusong, tadinya suami yang menganggap istrinya “cuma” seorang istri. Tipe laki-laki sukses yang setelah memberi cukup uang belanja merasa sudah sewajarnya mendapat perlakuan istimewa di rumah. Setelah perceraiannya, dan tahu bahwa Gabrielle cukup cantik untuk diinginkan laki-laki lain, dia baru menyadari kehilangannya.  

Apalagi Hamidah punya kelebihan. Payudaranya besar dan montok. Entah itu hasil suntikan, entah asli, tidak jadi soal bagi Rudolf. Yang penting…, bisa langsung membuat gairahnya meledak tak tertahankan.—p.13

Rudolf membuka pintu kamar tidur dan melihat istrinya sedang asyik menonton film dari atas tempat tidurnya. Dia hanya mengenakan rok dari kaus ketat tanpa pakaian dalam, karena kedua putting susu dan lekuk-lekuk tubuhnya tampak jelas di balik kausnya. Bedanya, semua itu sekarang tidak membuat gairahnya bergejolak lagi. Semuanya jadi biasa.—p. 51

Dari Rudolf, cowok-cowok bisa belajar bahwa selingkuh seringnya menarik karena dilakukan diam-diam. Dan hampir bisa dipastikan akan berujung pada penyesalan.






 3. Hamidah Bakar. Cewek yang mengandalkan kecantikan dan kesaksiannya untuk memikat laki-laki eh, lebih tepatnya, harta laki-laki. 

Cewek-cewek mungkin bisa belajar sedikit lebih pintar dari dia jika ingin menggaet laki orang. *buset…*

Serius, buat cewek-cewek, sayang-sayang waktu yang terbatas dalam hidup kita kalo dipake buat nggaet suami orang. Sia-sia. Hamidah ini contohnya.



“Ini sungguh kondisi yang ironis, bukan?” kata Kosasih. “Semasa hidupnya Hamidah Lusong tampaknya seperti seorang wanita yang banyak didambakan lelaki. Bosnya menginginkannya, kekasih gelapnya menginginkannya. Tapi begitu dia mati, semua meninggalkannya. ….”—p. 363

Dan masih banyak lagi dari tokoh-tokoh lain.

Sayang, penempatan porsinya menurut saya sungguh berat di drama (romance-nya). Jadi, saya hampir bosan dan merasa bukan sedang membaca novel pembunuhan ketika sudah hampir separuh buku belum juga menemukan tokoh yang mati. Dan tidak lama setelah menemukan mayat kedua, saya sudah bisa menduga pelakunya.
Kosasih dan Gozali memang dua polisi yang jujur. Coba lihat kutipan ucapan mereka. Jadi, ceitanya salah satu mayat yang mereka temukan adalah preman jahat (preman baik tu kayak di “Preman Pensiun”).

Kosasih berkata bahwa dia nggak peduli siapa pembunuh preman itu. Toh artinya pembunuh sudah mengurangi populasi orang jahat di dunia ini. Tapi, kata Gozali….

“Kita bukan Tuhan, Kos. Kita tidak menghakimi. Kita Cuma petugas yang berusaha menjalankan tugas kita sebaik mungkin. Balasan itu urusan Tuhan. Urusan kita adalah melakukan tugas dan kewajiban kita.”—p. 349

Luar biasa Gozali ini, pantaslah cewek-cewek meleleh, walau tampangnya sangar.


Dan saya berharap, benar-benar berharap, ada polisi seperti ini di dunia nyata, di Indonesia.




 
Hal lain yang menarik dan membuat saya merasa langsung tergerak untuk mengutipnya adalah pemikiran Rudolf Lusong.

Bagi Rudolf yang chauvinistis, kalau laki-laki berselingkuh itu bisa dimaklumi. Tapi kalau seorang istri, wah, itu sudah keterlaluan! Dalam suatu hubungan seks, laki-laki adalah seorang pelepas, seorang pembuang, sedangkan wanitanya adalah seorang penerima, seorang penampung. .... Jadi laki-laki yang membuang tidak menjadi kotor, tapi perempuan yang menerima, tubuhnya menjadi kotor. Begitu teori Rudolf.--p.160


Oke..., gambar ini... e... maksudnya perumpamaan. Oke, anggep aja bonus.
 
Ada banyak hal dari kutipan itu. Salah satunya, teknik menyampaikan amanat. Hal ini terkait dengan tulisan saya di sini.
Biasanya, novel atau cerpen adalah salah satu sarana penulis menyampaikan pola pikirnya pada dunia. Ini salah satunya. Apakah itu artinya S. Mara Gd setuju dengan pemikiran Rudolf? Belum tentu. Bisa saja dia menampilkannya justru agar diperdebatkan oleh nurani pembaca. 

Setidaknya, saya jadi sedikit mengerti pola pikir laki-laki yang lebih memaklumi jika laki-laki berselingkuh. Sementara jika wanita yang berselingkuh, seolah-olah dia adalah pelacur. *sori kalo terlalu gamblang

Dalam hal editing, editornya—yang tidak tertulis—baik sekali.
Hanya…, ada beberapa diksi yang mengganjal, mungkin terkait waktu penggunaan (?) buku ini pertama kali cetak Mei 2003.
Beberapa contoh: Konsern, labah-labah, lesung pipi.


Begitulah. Buku ini memberi banyak pelajaran mengenai kehidupan. Terutama kehidupan berumah tangga.





Sumber Gambar: dokumen pribadi, dua, tiga, empat, lima, enam.

Thursday, 21 May 2015

GA ulang tahun Palasara


Hampir dua tahun yang lalu, saya tidak menyangka akan mengandung.
Hampir satu tahun yang lalu, saya masih belum percaya sudah melahirkan.

Nama yang kami berikan adalah:




Palasara Kira Seta
 
percayalah, dia mirip emaknya, ngahahahahah...



Palasara adalah tokoh wayang yang memiliki keluhuran budi.
Kira adalah cahaya (bahasa Latin).
Seta adalah nama belakang ayahnya. 

Kalau mau diartikan, kira-kira gini, sih.

Seseorang yang diharapkan memiliki kebijakan seperti Palasara yang menjadi cahaya bagi keluarga Seta.

Amin.

Nah, satu tahun ini rupa-rupa peristiwa yang saya dan suami lalui bersama Palasara. Tidak ada berat sebelah dalam keluarga kecil ini. Semua kami bagi rata.

Rumah yang porak-poranda, waktu-waktu ajaib yang mengharuskan terjaga, makan bergantian dan tergesa-gesa, penampakan yang sudah tidak tersentuh kaca.

Hanya dalam hal menyusui saja saya unggul dari suami sejak kelahiran Palasara. Karena kegiatan ini tidak bisa digantikan olehnya. :D

Dalam rangka mensyukuri satu tahun menjadi orang tua—jadi, ini bukan merayakan usia satu tahun Palasara, ya, ahahahahah—kami memutuskan mengadakan GA kecil-kecilan. 

Hadiahnya memang cuma dua buku, yang mewakili kesukaan kami masing-masing.
 


 Penembak Misterius karya Seno Gumira Ajidarma
Three Act Tragedy karya Agatha Christie

Buat yang kira-kira nggak suka dengan kedua buku di atas silakan melewatkan GA ini. Yang memang suka atau mau coba-coba baca genre baru, silakan ikutan. 

Nah, sekarang cara ikutan GA.

Jawab pertanyaan berikut:
  1. Buku apa yang pengen banget kamu punya tapi sudah susah dicari?
  2.  Kenapa buku itu layak dicari? 
  3. Menurut kamu, hadiah apa yang paling pas bagi kami, saya dan suami, untuk merayakan satu tahun menyandang status orang tua?
Tulis jawaban di komentar, dilengkapi dengan:
  1.  Nama.
  2. Daerah Tinggal.
  3. Akun sosial (boleh twitter, facebook, atau email) yang bisa dihubungi.
Share GA ini kalo mau makin seru. Nggak wajib, kok. Biar rame aja.
 
Jawaban paling kece yang bakal menang.
Juri: saya dan suami saya. Ahahahahah….

GA berlangsung sejak 21 Mei 2015-28 Mei 2015.
Pengumuman tanggal 29 Mei 2015 di blog ini.
Kalo yang menang nanti nggak ngerespons dalam waktu 2x24 jam, pemenang akan dicari ulang.


Udah, itu aja.
Semoga beruntung. \(^-^)/




Wednesday, 20 May 2015

Ulasan buku Insiden Anjing di Tengah Malam yang Bikin Penasaran Karya Mark Haddon






Judul         : Insiden Anjing di Tengah Malam yang Bikin Penasaran

Penulis      : Mark Haddon

Penerjemah: Hendarto Setiadi

Penerbit    : KPG

Cetakan    : Keempat (Juli 2012)



Seperti yang saya bilang pada ulasan spontan saya di Goodreads, buku ini suram. Dan saya merasa letih setelah menyelesaikannya. Letih karena membayangkan dunia Christopher Boone, tokoh utama sekaligus pencerita dalam buku ini, yang begitu rumit. 


Beberapa kali, saat membaca, saya membayangkan gelagat Christopher seperti Sah Rukh Khan dalam “My Name is Khan”. Saya tidak paham apa itu autisme, apalagi sindrom asperger. Yang saya tahu, bukan paham, orang autis memiliki dunia sendiri. Saya sendiri pernah suka bercanda dengan mengatakan “autis” kepada teman yang sedang asik sendiri. Asik dengan buku atau ponselnya, misal. Tapi, saya rasa saya bisa dengan santai mengucapkannya karena tidak mempunyai kerabat dekat yang mengalami autisme. Jika punya, bisa jadi itu sama sekali tidak lucu.





dua orang ini juga penderita sindrom asperger, dan kemampuan mereka luar biasa

 
Nah, “dunia” orang autis itulah yang dipaparkan oleh Christopher melalui tulisannya.


Dunia mereka sebenarnya baik-baik saja. Tapi karena manusia perlu berinteraksi, dunia mereka sering tidak cocok dengan dunia orang umumnya.


Novel ini suram.

Itu yang saya simpulkan.


Oh, iya, malah belum cerita kisah ringkasnya. 


Christopher Boone anak tunggal yang mengalami sindrom asperger. Singkatnya, dia genius sekaligus super kikuk. Suatu malam, ketika Christopher sedang berjalan-jalan, kebiasaannya karena sulit tidur, dia menemukan Wellington, anjing tetangganya, mati tertikam garpu rumput.

Rasa penasaran membuatnya memutuskan menyelidiki pembunuh Wellington. Keputusan itu membuatnya mengalami peristiwa-peristiwa tak terduga.



Konsep cerita buku ini sama dengan kebanyakan buku lain. Tokoh utama, diberi konflik pelik yang membuatnya mengambil keputusan, keputusan tersebut mengubah banyak hal dalam hidupnya.



Yang membuat berbeda adalah tokohnya. Hanya itu. 


Benarkah penggunaan kata “hanya” yang saya gunakan?


Hanya versi Mark Haddon sangat total. Buku ini adalah tulisan Christopher. Dan itulah yang kita dapat. Dunia dalam sudut pandang Christopher. 


Ada beberapa hal menarik dalam buku ini.

(penjelasan mengenai matematika atau fisika yang di luar jangkauan otak saya tidak termasuk)

1.  Minesweeper

Untuk meredam gandrung saya pada game PC komputer, saya sempat bertahan hanya dengan game bawaan. Solitaire. Bosan. Saya baru sadar, ada game lain. Minesweeper. Game ini benar-benar menarik. Walau tanpa saingan, saya berkali-kali mencoba mengalahkan rekor sendiri. Sayang, saya lupa berapa rekor saya sehingga tidak bisa membandingkannya dengan milik Christopher. :D





2.  Metafora

Coba saya kutip sedikit.




Bagiku orang-orang itu membingungkan.

Ada dua alasan untuk itu.

Alasan utama yang pertama adalah bahwa orang sering berbicara tanpa menggunakan kata-kata.

Alasan utama yang kedua adalah karena orang sering berbicara dengan menggunakan metafora atau kiasan.—p. 24




Sampai di sini, saya sepakat. Jadi, jarang manusia yang menerapkan prinsip kerja sama dalam berbahasa. Orang-orang lebih suka sedikit berbicara tapi dimengerti. Atau, berbicara lebih dari yang diperlukan sambil berharap orang lain mau mengerti. *Jadi inget lagu Ada Band, “Karena wanita ingin dimengerti” *haish*


Ada 4 prinsip. Kualitas, kuantitas, relevansi, dan cara. (*ini bukan hafal luar kepala, tapi pake acara buka buku Pragmatik-nya Louise Cummings, ngahahahah....) Inti keempat poin itu sih, ngomong seperlunya. Titik. 


Penerapan prinsip ini menurut saya justru hampir mustahil berhasil membuat harmonis hubungan antarmanusia. Dan, prinsip ini hampir selalu diterapkan oleh Christopher.

Jawab seperlunya. Dan orang-orang di sekitarnya justru harus lebih sering nahan emosi ketimbang mensyukuri.



 Kata metafora juga suatu metafora.—p. 25


Saya pernah baca, tapi nggak paham. Baca di sini, hampir paham. *sama aja* 

     

3. Bilangan Prima



Saya beberapa kali baca orang mengagungkan bilangan prima. Bahkan sampe selesai baca buku yang setiap bab dimulai dengan bilangan prima, saya masih belum paham apa yang bikin bilangan prima begitu spesial selain karena dia hanya bisa dibagi dengan angka 1 dan dirinya sendiri dengan hasil tetap bilangan bulat.



4. Sherlock Holmes

Karena buku ini, bayangan saya tentang detektif ini berubah. Dan saya jadi pengen baca cerita “Anjing dari Baskerville” versi aslinya.



 

5. Ending

Ending seperti apa yang kalian harapkan dalam novel?  

Ending yang saya harapkan nggak saya dapatkan dalam novel ini. Tapi..., seringnya begitulah hidup, kan? Jadi, poin ini justru membuat kesan novel ini a
dalah tulisan Christopher semakin nyata.



Begitulah. Saya telah terseret Christopher ke dalam dunianya.
 

Kalau Anda seorang guru, pemerhati anak, penyuka buku Totto Chan, sepertinya akan suka juga buku ini. 




Oh, hampir lupa. Dalam hal penyuntingan, saya sungguh penasaran dengan “apapun”, “siapapun”, “samasekali”, “memberitahu”, apakah sengaja digabung (?) Lalu ada “milyar” dan “miliar”. Serta “supir” dan “nafas”.





Sumber gambar: kover, Messi, Einstein, minesweeper, Benedict.



Pages