Entri Populer

Thursday, 5 September 2013

Charles Dickens: Oliver Twist


Judul        : Oliver Twist
Penulis     : Charles Dickens
Penyadur : Dion Yulianto
Penerbit   : Laksana
Tahun       : 2013
Halaman   : 179

cover buku
Sumber: https://fbcdn-sphotos-c-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash3/p480x480/1270_579369572083780_1993847364_n.jpg

Saya baru saja selesai membaca Charles Dickens, Oliver Twist, versi terbitan Laksana. Mungkin, banyak dari kalian yang sudah membaca karya ini.

Tapi, tetap akan saya berikan gambaran singkat mengenai novel ini.

Sebelumnya, di pengantar penerbit sudah disebutkan bahwa penyaduran naskah oleh penerbit ini dilakukan dengan penyederhanaan.


“Upaya penyaduran dilakukan untuk lebih memperkenalkan karya ini kepada pembaca muda, yang rata-rata lebih memilih buku bacaan yang tidak tebal dan bisa selesai dalam sekali-dua kali duduk.” (p.6)


Itu…, saya banget. Pembaca muda. *ahem* Selesai membacanya dalam… lebih dari dua kali duduk, sih. Soalnya disambi manasin aer buat bikin teh, bikin teh, ngambil camilan di meja, setoran ke kamar mandi, nyuci rendemen cucian, dan lain-lain. Jadi… lebih dari sekali-dua kali duduk

Di pengantar penerbit juga ada saran untuk membaca versi terjemahan lengkapnya yang sudah banyak di Indonesia. Btw, di jurusan bahasa asing, ada nggak sih perbandingan terjemahan? Ada kayaknya…, mungkin novel dengan banyak versi terjemahan begini bisa buat kajian, nih. Saya juga mau…, kalo karya Agatha Christie ada yang udah nggarap selain Gramed. Eh…, udah ada, ding. The Mysterious Affair at Styles. Sapah yang mao ikhlas ngebeliin versi penerbit laen itu? *kedip2* Tapi nggak dalem paling hasil analisisnya, bukan anak jurusan sastra bahasa asing, sih. (yaelah, ngulas naskah ae masih begini, mau ngadain perbandingan) haghaghaghag…. Mending g usah kali, yak. :D


Okay…, lanjut ke novel ini.

Ceritanya tentang anak yang sejak kecil sudah sengsara. Lahir ditinggal mati ibunya, tinggal di panti asuhan yang tidak mengasuh. Diperjualbelikan sebagai budak.

Sampai di sini, saya teringat film “Perfume”. Saya bayangkan kondisinya serupa seperti si tokoh utama waktu kecil di film itu.

Setelah lari dari tuannya, si Oliver ini terperangkap ke dalam komplotan pencopet. Dimulai lagilah episode memilukan selanjutnya dalam hidupnya.

Sampe sini, saya ngebayangin anak-anak itu sepertinya diperlakukan nggak separah di film “My Name is Khan”. *Ah? Apa intermezo seperti ini mengganggu? Kalau membaca kan kita memvisualisasikan. Dan visualisasi itu kita dapat dari rekaman di otak. Yang nyangkut pertama kali waktu baca bagian itu ya film itu. (The first “itu” refers to? And the second “itu” refer to?*halah*)Kalau kalian lebih banyak referensi, sepertinya imajinasi kalian akan lebih luas pula… kan banyak pilihan.

*nah, sudah dulu ngaconya*

Terus, gimana nasib anak ini akhirnya? Hm…, nggak boleh, nggak boleh dikasih tau. Baca dan temukan sendiri efeknya buat kalian, haghaghag…. 3:)


Sayangnya, beberapa hal yang dihilangkan membuat cerita pada beberapa bagian janggal.

Misalnya, si Oliver cuman minta tambah sup aja reaksi orang-orang di panti sosial dan dewan kota segitunya. Saya jadi berpikir, “Buset…, lebay amat reaksinya? Tu anak kan cuma bilang minta tambah sup. Nggak boleh ya bilang aja nggak boleh.”  Entah kalo di naskah aslinya ada penjelasan. Kalo dari buku ini, saya rasa karena kemiskinan yang sangat membuat orang-orang sensitif dan mudah naek darah.

Ada salah nama *Argh, saya sebal sekali kalau menemukan ini.* (p. 35.)

Beberapa kutipan menarik.



“Begitulah salah satu sifat gelap manusia, ketika ia tidak bisa membalas dendam pada orang-orang yang menyakitinya, sering kali ia melampiaskannya kepada orang yang lebih lemah darinya.” (p.34)


“Ada kepalsuan di balik air mata, banyak juga keceriaan yang diselubungi tangisan pura-pura dan topeng dukacita.” (p.37)


Begitu pun, maksud yang disampaikan di pengantar penerbit memang sampai. Bacaan ini termasuk ringan. Saya pikir, saya harus mulai dengan berkerut-kerut karena akan membaca salah satu karya klasik. *ketauan jarang baca karya klasik, haghaghaghag….

Nah, begitu saja.
Terima kasih sudah mampir.
(^0^)/

No comments:

Post a Comment

Pages