Entri Populer

Friday, 30 August 2013

Jeffery Deaver: Speaking in Tongues (Lidah Tak Bertulang)



Judul                     : Lidah Tak Bertulang

Penulis                 : Jeffery Deaver

Alih Bahasa         : B. Sendra Tanuwidjaja

Penerbit              : Gramedia

Tahun                   : 2008

Halaman              : Lupa liat, bukunya di rumah, he....



 
Cover buku Lidah Tak Bertulang
Sumber: http://tokoedu.com/image/cache/data/buku/TEA38B/B7%20Dewasa/lidah-500x500.jpg

 

Ini salah satu buku yang menyusup di sela-sela keterpurukan minat baca saya.

 

Kenapa? Jawabannya adalah cover. Dan, back cover.

 

Saya belum bisa bilang apakah ini termasuk mana karya Deaver yang masterpiece atau bukan karena baru ini karya Deaver yang saya baca. Saya tahu kalau karya dia bukan hanya satu baru-baru ini di bazaar buku Gramedia Sudirman Yogya. Tapi…, tetep nggak beli karena masih termasuk mahal dan jengkel karena dari sekian banyak buku yang didiskon, nggak ada satu pun buku Agatha Christie. Waktu tanya petugasnya, jawabannya karena cover-nya masih baru. Owh (“o”) Okeee…. 

 

Banyak yang bilang, don’t judge book by it’s cover. Tapiii…, kadang, seperti kasus kali ini, cover memang berpengaruh. Seperti kalian lihat, cover-nya menarik, kan? Ekspresi mata itu menunjukkan ketakutan dan ruang berjendela itu suram dan sedikit menakutkan (karena efek mata di atasnya). 

 

Isi back cover buku itu…. 

 

Dua pria yang ahli menggunakan kata-kata… Yang pertama hanya mencari kedamaian. Yang lain, ingin membalaskan  dendam.

 

Tate Collier, mantan pengacara terpandang, kini menjadi pemilik tanah pertanian di pedalaman Virginia, berusaha melupakan masa lalunya.



 

Aaron Matthews, psikolog brilian, telah mengarahkan bakat dan kepintarannya demi mencapai tujuan yang mematikan: mengincar Tate, mantan istrinya, dan putrinya untuk membalaskan dendam yang tak terkatakan.

 

Matthews mulai menggulirkan rencananya yang mengerikan, menghancurkan keluarga kecil yang tercerai-berai itu, juga siapa pun yang berusaha menghalangi langkahnya. Tate dan mantan istrinya harus bersatu demi menghentikan psikopat yang memiliki keahlian memutarbalikkan kata, meniupkan bujukan halus, dan menanamkan dusta beracun, senjata yang lebih berbahaya daripada belati dan senapan…



*** 


Sebentar, saya agak-agak lupa.

 

Sejak awal, ini memang pertempuran terbuka antara dua orang yang ahli berkata-kata mempengaruhi orang lain. Seperti yang tertulis di back cover buku itu. Tidak ada tokoh terselubung. Yang ada adalah adu muslihat.

 

Dimulai dengan jebakan Matthews ke Megan, anak gadisnya Tate. Setelah mengalami beberapa rintangan, Megan berhasil dibawa dan disekap di ruangan (yang akan kita imajinasikan seperti di cover itu). Tapi, tanpa cahaya yang masuk. Digambarkan gelap sekali di sana. Mungkin karena saya takut gelap, efeknya jadi dobel. Terus, dia terjebak di dalem gedung itu tanpa tahu apa-apa. Tanpa tahu ada siapa saja di sana.

 

Sementara, Tate dan mantan istrinya mulai menerka-nerka apa yang menimpa anak mereka. Dan Matthews mulai menikmati permainannya.



 

Seperti film thriller luar negeri yang sering kita tonton, buku ini juga seperti itu. Membacanya, kita bisa membayangkan adegan-adegan di dalamnya seperti dalam film-film itu. Buku ini menampilkan perjuangan untuk membebaskan orang terkasih, juga perjuangan untuk membebaskan diri sendiri. 

 

Syukurlah, dalam buku ini tindakan-tindakan yang diambil tidak bikin geregetan. Seperti jika kita nonton tokoh utama cewek yang sudah melihat betapa kejam penjahat dan ketika mendapat kesempatan membunuh, ia hanya memukul atau menusuknya sekali, lalu lari. Tanpa memastikan tokoh itu mati. Dan biasanya tokoh itu memang belum mati. Dan tokoh utama cewek kita ini pun hampir mati lagi. *hosh…, hosh…. Ngetiknya penjabaran contohnya aja ngos-ngosan jengkel*

 

Efek mencekamnya dapet. Terutama, dari sisi si Megan yang disekap itu. Tetep ada surprise. Keterangan alasan Matthews melakukan itu semua juga ada. Yang agak membosankan, mungkin pemaksaan pemakaian ilmu psikologi dalam hampir tiap “pertempuran”. Aih…. Karena keseringan, gereget kekuatan lidah mereka malah jadi kurang.

 

Tapi, tetep buku yang menarik untuk dibaca. Mungkin, kalo buat penggemar film model “Saw” atau “Chainsaw”, buku ini bisa disebut: camilan.



Nah, terima kasih sudah mampir.
Selamat membaca.
(^_^)/

Thursday, 29 August 2013

Motinggo Busye: Rosa Berdosa, Rosa Berduri


Saya menemukan buku ini di tumpukan obral pada sebuah pameran (bazaar) buku di Mandala Bakti Wanitatama. Stan apa, lupa. Kalau nggak salah, harganya lima ribu atau sepuluh ribu. Kalo nggak segitu paling nggak beli, he.... Yang menarik mata saya adalah ehm, oke saya akui dengan jujur, covernya. XD

Saya ambil buku ini dan tertawa. Eh, buset…, cover zaman kapan, nih? pikir saya. Lalu, saya lihat nama penulisnya: Motinggo Busye. 

Sepertinya, saya beberapa kali mendengar nama ini. Maka, saya belilah buku ini. Beneran, nama penulisnya yang bikin saya bawa buku ini ke kasir. Bukan cover-nya. Beneran bukan. *Uhuk

Siapa itu Motinggo Busye? Silakan tanya Mbah Google.

Saking lamanya buku ini, saya bahkan lupa kalau pernah punya dan… udah pernah baca. ~..~”


Yang bikin saya baca ulang buku ini sampe abis adalah Motinggo terkenal sebagai penulis novel ehem-ehem (katanya). Saya cuma kenal Fredy S. Itu pun belum pernah baca karyanya. Segera, ahihihi…. Dramanya, Malam Jahanam sudah dua kali saya tonton ketika dipentaskan. Jadi, pengen liat karyanya yang bentuk lain. Dan, dia lahir di Lampung. Aha! Jadi…, gitu, deh.

Baru saja buku ini selesai saya baca (lagi) dan… akan saya bahas.




Cover buku Rosa Berdosa Rosa Berduri
Sumber:http://inzubooks.com/234-283-large/rosa-berdosa-rosa-berduri.jpg

Judul              : Rosa Berdosa, Rosa Berduri
Penulis           : Motinggo Busye

Penerbit         : CV Persama Indonesia

Tahun terbit  : 2000

Tebal              : 185 halaman


Sinopsis

Rosa Matondi adalah seorang wanita penggoda. Bukan, bukan pelacur atau wanita panggilan. Dia tidak minta bayaran atau merasa terpaksa atas apa yang dilakukannya. Dia murni wanita penggoda. Hobinya adalah menggoda laki-laki. Mulanya berkenalan, lalu memancing-mancing menggoda, lalu menelepon (biasanya jam 02.00—entah kenapa, tidak dijelaskan), lalu bertemu kembali, lalu kalau mood sudah tercipta pun, terjadilah ahem-ahem. 


Rosa, seperti wanita penghibur berpengalaman umumnya, digambarkan memiliki… daya tarik. Suaranya, gesture-nya. Dan, pelayanannya pun memuaskan. *nah, mulai pada kedip2 neh yang baca

Kelakuan Rosa itu membuat keluarganya dan keluarga anak gadisnya, Juli, berantakan. Rosa dan Bono, suaminya, bercerai. Julia dan suaminya, Nelson, juga bercerai. Perceraian Julia dan suaminya karena mendapati suaminya sedang berdua di kamar dengan ibunya, Rosa. Padahal, Julia tahu bagaimana kelakuan ibunya.


Rosa masih saja merajalela. Salah satu korbannya adalah pelanggan Julia. Hal inilah yang membuat Julia kembali mencampuri kehidupan ibunya, Untuk mendapatkan bantuan, dia pun meggamit ayahnya yang sudah menikah lagi, Bono, untuk membantunya merayu Rosa agar berubah. Tapi, sanggupkah Bono menghadapi rayuan Rosa?



Bahkan, kekasih Julia yang baru pun dirayunya.

Semakin sulit didapat, semakin besar hasrat Rosa untuk menguasai laki-laki itu untuk memberinya keharuman dan pesona mawar sekaligus menancapkan duri-durinya tajamnya.


Sekarang, hal-hal yang akan saya bahas.

Pertama.

Hoth.


Karena Motinggo terkenal dengan penulis ehem-ehem, saya sudah menyiapkan mental untuk adegan hot. Tapi…, saya harus kecewa karena ternyata tidak se-hot yang dibayangkan (oleh saya?). Yah…, Motinggo memang menuliskan kehidupan orang yang melakukan seks bebas, namun tidak vulgar. Ini salah satu contohnya:


“Belum pernah aku membawa suami orang ke kamar tidurku ini, kecuali kamu, Bon,” bisik Rosa.

Dan tiba-tiba saja waktu tak berfungsi bagi dua insan ini. Waktu mereka surut ke alam beberapa tahun yang silam, saat masih menikmati indahnya sebuah kehidupan perkawinan.

“Bon…, kali ini aku puas sekali…,” bisik Rosa.

“Aku juga.” (p. 102)



Sudah. Begitu. Iye, di-skip adegannya. Dasar kalian inih, maunya apa, sih?

Saya sempet mikir. Begini kok dia menuliskannya. Kenapa dihebohin? Mungkin, karena beda generasi, ya? Dulu, mungkin begini sudah termasuk hot (?).


Kedua. 

Cerita.


Entah ini naskah ditulis Motinggo tahun kapan. Tapi diterbitkan tahun 2000, berarti setahun setelah kematiannya. Cara menceritakannya masih pake cara lama. Misal, alur maju lancar, sampe bagian flashback-nya juga. Penyebutan tokoh sering kelewat lengkap: Drs. nibung SH, Drs. Daud SH. Dan sekitar 20 halaman terakhir makin banyak typo. Hadew…. 


Dari logika cerita. Saya mempertanyakan ke-lebay-an Julia. Kenapa dia harus serisau itu antara memberi tahu pelanggan salonnya bahwa Rosa itu ibunya atau bukan? Memang ngaruhnya apa kalo dia bilang: “Rosa itu ibu kandung saya.”?


Dan kerisauan itu yang akhirnya dipilih Julia untuk menutupi fakta bahwa Rosa adalah ibunya (halaman 1-83) ditutup dengan lempeng tanpa efek apa pun (p. 152). Hah?

Juga, perubahan Rosa. Secepat itu? *hela napas

Ketiga.

Amanah.


Beberapa kali saya membaca novel lama, pesan yang disampaikan penulis lawas (maaf kalo ada yang nggak berkenan dengan istilah ini) adalah untuk tenang saat menghadapi masalah. Terutama, perselingkuhan. Semarah apa pun. Semembara apa pun. Tahan. Berpura-puralah tak tahu apa-apa. Berpura-puralah tak terjadi apa-apa. Jangan langsung menyerang. Biarkan tenang dulu. Baru bicarakan. Baik-baik. Entah kalau perkembangannya tetap terjadi perang. Ahihihi… :D


*Apa saya sudah menyampaikan maksud dengan baik, ya? Mudah-mudahan sampai.


Sering geregetan dari dulu kalo baca (atau nonton) kisah yang orangnya bersabar…. Tapi, mereka-mereka itu kan lebih tua. Seiring perkembangan usia, saya pikir kadang langkah seperti itu perlu juga. Tahan dulu emosi. Baru bahas masalah yang terjadi dengan tenang. Kalau bisa, tanpa menghakimi. Kalau dihakimi, biasanya yang dilakukan orang pertama kali adalah mem-protect diri. Strategi menahan diri seperti itu sepertinya memang perlu diterapkan kadang. Kadang-kadang. ^_^

Kesimpulannya, ini novel biasa-biasa aja. Ya cerita, penceritaan, tokoh, atau amanah.


Pendapat saya ini hanya berdasarkan satu karya Motinggo, jadi tidak bisa dijadikan pukul rata pada karyanya yang lain. Lagi pula, karyanya yang ini malah nggak masuk di profilnya di wikipedia. Karyanya yang lumayan sering disebut kayaknya Tante Maryati. Entah suatu ketika nanti berjodoh ketemu atau nggak. Kalo buat niat nyari sih nggak, ah. :D



Nah, terima kasih sudah mampir. (^0^)/

Wednesday, 28 August 2013

Komik Q and A (Adachi Mitsuru)



Siapa sih Adachi Mitsuru? Saya juga nggak bakalan kenal, kalo nggak baca karyanya. Jadi inget: “Menulislah, maka kamu ada.” *eh, bener ada nggak sih ungkapan begono?

Adachi Mitsuru adalah komikus H2, Touch, Cross Game, Natane, Short Program, hm…, apa lagi, yak? Lupa. Gambar karakter tokohnya khas banget. Kalo yang udah sering baca, biasanya langsung ngeh dengan liat gambarnya aja, kalo itu karya Adachi.

Karyanya yang terbaru adalah: Q and A.

Kali ini, yang dibahas yang terbaru aja, yang baru dibaca, masih fresh. Karyanya yang laen kapan2, deh. He….

Cover Q and A. Totalnya 6 seri.

sumber: http://maipura.files.wordpress.com/2012/04/qna.jpg

 


Adachi Mitsuru sering ngegambarin dirinya sendiri begini. Sumber: http://myanimelist.net/character/14712/Mitsuru_Adachi

 


cuplikan isinya. Hm..., ini ngambil dari blog orang laen. Nemunya yang paling mending yang ini, sih. Sumber: http://amknana.blogspot.com/2013/01/review-q-and-by-adachi-mitsuru.html

 

 

Sinopsis

Komik Q and A ceritanya tentang arwah penasaran Kyu yang meninggal ketika masih SD. Kyu punya adek laki-laki, namanya Atsushi. Setelah kematian kakaknya, Atsushi dan kedua orang tuanya pindah ke kota lain. Enam tahun kemudian, mereka kembali. Atsushi kembali bertemu teman-teman masa kecilnya.


Masalahnya, karakter Atsushi selama masih kecil tenggelam di bawah bayang-bayang Kyu yang serba bisa. Bukan karena payah, lebih tepat tertutup karena besarnya bakat dan kemampuan Kyu. Orang-orang di sekitarnya pun lebih mengenal Atsushi sebagai adiknya Kyu. Mungkin, karena itu juga roh Kyu belum bisa pergi dan masih bergentayangan.


Atsushi juga bertemu kembali dengan Yuho, teman masa kecil dia dan kakaknya. Yuho telah menjadi gadis atletik yang cantik. J


Kemudian, dimulailah masa SMA yang menggelora, haghaghag….


Beberapa kali, Kyu membantu Atsushi. Tapi, mau sampai kapan? Jika tidak berusaha sendiri, seseorang tetap tidak akan berubah, bukan?



Nah, bacalah komik ini. Menarik, kok. Ada iklan promosi karya komikusnya, jeda curcol komikusnya, dan bonus gambar cewek ahem-ahem dari komikusnya. Juga, ada surprise… yang bikin geregetan.

 

Tumben-tumbennya, dalam karya terbarunya ini, Adachi masukin tokoh hantu. Biasanya, selalu berkisar tentang olahraga. Awalnya sempet bingung, gimana jadinya ni komik? Ternyata, tetep aja bau khas Adachi. Iya, karya Adachi itu khas. Ini penilaian orang awam dengan bahasa yang awam.
Saya agak sulit menjabarkannya. 

Hm…, komik Adachi nggak cuma ngandelin cerita. Pembagian plotnya jelas, bukan model serial cantik yang kadang samar2. Tapi, gambarnya nggak selalu gamblang. Kadang, dia bisa ngabisin dua lembar cuma buat ngasih tau kalo ganti setting waktu. Dan gambar-gambar itu nggak ngebosenin. 
Hadew, bingung.

Beberapa tokoh yang biasanya selalu ada di komik Adachi:

  • Tokoh cowok yang cuek tapi berbakat.
  • Tokoh cowok yang mau berusaha keras.
  • Tokoh cowok yang rada mesum.
  • Tokoh cewek yang tegas.
  • Tokoh cewek yang cantik.
  •  Tokoh entah cowok entah cewek yang inspiratif.
  •  Tokoh entah cowok entah cewek yang terinspirasi.
  • Tokoh pelatih. Kalo nggak mesum, santai, keras.
  • Tokoh kucing atau anjing.


Menariknya, tokoh-tokoh itu, termasuk yang mesum, terasa wajar di komik-komik Adachi. Yah..., zaman masih remaja begitu memang kelakuan anak muda kan rada-rada. Ahihihi.... >_<

Adegan yang biasanya selalu ada di komik Adachi:

  • Adegan rok tersingkap. *ahem
  •  Adegan tokoh cowok nggak sengaja ngeliat tokoh cewek bugil atau setengah bugil. *ahem lagi Ck, tentu saja disensor…. Bonusnya nggak sebesar itu, guys….
  • Adegan berantem yang nggak selalu heroik.
  • Adegan tokoh cowok dan cewek terjebak berdua. Tanpa melakukan apa-apa, kok. Ini bukan komik begitu…. *uhuk
  • Pertandingan. Walau kadang dengan semena-mena si Adachi ini cuman ngasih sepenggal pengantar, beberapa potong gambar, tau2… nah, pertandingan selesai.
  • Promosi dari komikus sendiri. Iya, si Adachi ini kadang narsis, dia nyelipin promosi tentang karya-karya dia sebelumnya.
  • Curcolan komikus tentang proses pembuatan komik. Terutama, “pertempuran” dia dengan editornya. Haghaghag….
  • Plesetan yang kadang garing. Lebih sering nggak lucu karena yang baca nggak ngerti sama sekali. Mungkin, kalo kita ngerti konteksnya bisa ngakak. Tapi karena beda budaya… ya gitu.
  •  Ah, ada cerita yang mengharukan. :’(
  • Lalu, surprise. :)

Yang paling mengena dari komik-komik Adachi adalah pelajaran untuk tidak mudah menyerah meraih mimpi. Sakit memang, berat pasti, tapi jangan menyerah.
  
Oke, cukup.

Hah... *hela napas* semoga ini cukup mewakili. Ini masih belajar, Kawan-kawan.... Harap dimaklumi >_< *tutupan monitor*


Okay.... Selamat membaca. Silakan beli, atau pinjem di rental buku, atau pinjem di perpus, atau pinjem sama temen. Ahihihihi….


Terima kasih sudah mampir.... (^0^)/

Tuesday, 27 August 2013

Agatha Christie: Crooked House (Buku Catatan Josephine)


Kembaliii dengan Agatha Christie.... >,<



Baiklah, setelah hampir dua tahun menghilang, saya kembali. Rupanya, meskipun tulisan saya seadanya, saya tetap butuh wahana untuk menulis. Yah..., karena facebook dan twitter kurang pas untuk tulisan-tulisan serupa ini, saya pun kembali ke blog saya yang mungkin sudah hampir jamuran ini.

 

Tapi, mulai sekarang saya akan rajin nyikat ni blog, lebih rajin ketimbang nyikat kamar mandi di rumah, biar blog ini kembali bersinar. Halah!

 

Buku inilah penanda kembalinya saya:


Buku Catatan Josephine (Crooked House)





cover baru gramedia yang cepat terganti dengan cover baru lagi

cover lama yang ada di perpus SMA, tempat gratis baca-baca karya Agatha, haghaghag... :D


Sinopsis


Keluarga Leonides adalah keluarga besar yang tinggal di sebuah rumah yang disebut Sophia Leonides sebagai crooked house. Kalau di buku versi Indonesianya, diartikan sebagai pondok kecil yang bobrok.

Nah, inilah para penghuni rumah itu.

Aristide Leonides : kakek; pebisnis yang sukses; pemilik rumah dan harta kekayaan keluarga.
Brenda : Istri muda Aristide. Beda usia mereka jauh sekali. Saat meninggal, Aristide berusia 88 tahun, sementara Brenda baru 34 tahun. :O
Edith de Haviland : adik ipar Leonides dari istri pertama.
Roger : anak laki-laki pertama, dipercaya memegang perusahaan utama oleh Aristide.
Clemency : istri Roger.
Phillip : adik Roger.
Magda : istri Phillip.
Sophia : anak pertama Philip dan Magda, pacar si pencerita, Charles Hayward.
Eustace : adik laki-laki sophia.
Josephine : bungsu, adik perempuan Sophia. 
Laurence Brown : guru privat Eustace dan Josephine.
Nannie : pengasuh anak (pembantu).

Agatha selalu memasukkan kisah romantis dalam karyanya. Begitu juga dalam kisah ini.

Aristide adalah orang tua yang sangat mencintai keluarganya. Dia tidak pelit. Memberi fasilitas yang baik bagi keluarganya. Lalu, siapa yang mungkin hendak membunuhnya?

Kematian Aristide adalah karena racun. Salah satu penghuni rumah itulah pelakunya. Masalah, siapa? Semua berpendapat, tidak masalah skandal pembunuhan yang terjadi ini, asalkan: pembunuh adalah orang yang tepat.
Maksudnya? Tentu saja orang luar, yang tidak memiliki hubungan darah langsung dengan keluarga besar Aristide. 

Bagi Sophia, sebelum kebenaran terungkap, dia tidak bersedia menikah dengan Charles. Di sinilah Charles terlibat. Dia mulai masuk ke dalam rumah itu, mengenali para tokoh lain, dan mempelajari mereka. Charles, sama seperti kita, mengira-ngira, siapa pembunuhnya?

Apakah Brenda sudah tak tahan menunggu Aristide meninggal dengan normal?
Ataukah benar Laurence membuat skandal dengan Brenda dan menyingkirkan Aristide?
Atau, salah satu anaknya? Roger yang sebenarnya tertekan karena diberi tanggung jawab besar? Philip yang selalu menyimpan rasa iri terhadap kepercayaan yang diberikan Aristide kepada Roger?
Atau, salah satu menantunya?

Atau…?

***
“…Aku tidak mengatakan bahwa lelaki tua itu seorang tiran dan suka menindas mereka—tidak. Dia memberi uang dan kebebasan pada mereka. Dia sangat mencintai keluarganya dan sebaliknya.”
“Kan tidak ada yang salah dengan hal itu?”
“Aku rasa ada. Bila anak-anak sudah tumbuh dewasa, orang tua seharusnya melepas mereka, atau memaksa mereka untuk melupakan orang tua mereka.”
***

Nah, rupanya cinta Aristide kepada keluarganya tidak menutup kemungkinan pembunuhan atas dirinya.

Kenapa diterjemahkan dengan judul: Buku Catatan Josephine? Bukan Pondok Bobrok atau sejenisnya?
Yah…, peran Josephine dalam novel ini sangat penting. Dia anak kecil (sekitar 12 tahun) yang karena kurang kegiatan (dia dan kakaknya home schooling) jadi suka mencuri-dengar dan mengamat-amati. Dan, dia mencatatnya dalam buku hitam kecil yang selalu dibawanya ke mana-mana.
Setelah terungkap Josephine mengetahui sesuatu, dimulailah usaha pembunuhan terhadap Josephine. Anak ini seharusnya memang jangan terlalu banyak bicara.

-----

Buku ini menurut saya adalah salah satu masterpiece Agatha Christie. Namun, tidak seperti karya Agatha yang lain, setelah membacanya, saya tidak perlu kembali ke halaman-halaman sebelumnya untuk mengecek kesesuaian alur cerita dengan penyelesaian karena penyelesaiannya telah jelas. Jelas-jelas bikin nyesek. :’(
Lagi, Agatha maen psikologi orang melalui tokoh-tokohnya. Kali ini, memang nggak ada si kepala bulat telur Poirot atau Miss “rumpi” Marple. Tapi, efeknya sama. Kita belajar tentang manusia. Ini salah satu penyebab saya suka karya Agatha. Kelogisan cerita.

Begitulah.
Beneran nggak nyesel baca buku ini, hohoho…. (^0^)

Besok-besok, saya usahakan break dengan membahas buku yang bukan Agatha dulu.
Terima kasih sudah mampir :)


Pages