Entri Populer

Tuesday, 29 September 2015

Ulasan buku 7 Kisah Klasik Edgar Allan Poe





Saya tidak akrab dengan nama Poe. Atau mungkin dulu saya pernah baca dalam sebuah kumpulan cerpen tapi tidak termasuk yang bisa diterima otak saya. 

Pantas saja jika penerbitnya me-launching buku ini menjelang Heloween, isinya memang cenderung suram.
Seperti judulnya, buku ini berisi tujuh cerpen karya Edgar Allan Poe.

“Kucing Hitam” dan “Jantung yang Berkisah” memiliki garis besar yang sama, tentang rasa bersalah. Beberapa bagian mengingatkan saya pada teori yang diselipkan Agatha Christie—apa mungkin Agatha terinspirasi oleh Poe, ya?—bahwa pembunuh memiliki kecenderungan untuk bersikap sombong. Kesombongan yang tercipta dari keberhasilan mencabut nyawa orang dan tidak ada satu pun orang lain yang tahu.

Setelah membaca dua cerpen yang menarik itu, muncul “Kumbang Emas”, cerpen panjang yang, tidak seperti dua cerpen sebelumnya, bercerita mengenai pencarian harta karun bajak laut. Memang masih misteri, tapi bukan pembunuhan lagi. Yah…, saya sempat kecewa. *eh* Bagian suramnya diletakkan pada kehidupan bajak laut yang hartanya dicari. Namun, secara keseluruhan, menurut saya cerpen ini suram-suram bahagia. *istilah apa pula ini*

Cerpen “William Wilson” tidak spesial bagi saya. Bisa ditebak dan dengan akhir yang ee… klasik. Anu, kalau dibahas saya khawatir spoiler. Skip aja.  

Cerpen kelima, “Potret Oval Seorang Gadis” adalah cerpen singkat yang mengandung cerpen yang lebih singkat lagi. 

“Runtuhnya Kediaman Keluarga Usher” saya baca terburu-buru dan akibatnya tidak mengerti dengan masalah di keluarga Usher ini. Ternyata, penyampaiannya terlalu halus bagi saya, atau saya yang kelewat kasar?—sehingga inti ceritanya justru terlewat. Setelah bertanya ke penerjemahnya langsung, saya baru paham. Ini cerpen tentang keluarga inses. Zaman dulu memang bisa ya begitu? Maksud saya, nggak ada aturan yang melarang? Oke, skip aja.

Mulai lelah, saya ambil jeda dua hari sebelum melanjutkan membaca. Dan, cerpen ketujuh kembali membuat tertarik. Menarik bagaimana mengikuti diskusi Allamistakeo dengan para peneliti tubuhnya di “Obrolan Bersama Sesosok Mumi”. Sekumpulan dokter dan peneliti mendapat izin untuk membedah mumi. Setelah berhasil membuka peti, mereka menemukan mumi yang masih utuh. Iseng, mereka menyetrum mumi itu. Dan ternyata muminya hidup. Yang saya heran, awal percakapan mereka kok muminya tau nama peneliti-peneliti itu? Jadi, tidak seperti mumi lain, mumi dari keluarga Scarabeus tidak dibuat dengan mengeluarkan otak mereka dari lubang hidung atau membedah tubuh bagian samping untuk mengeluarkan organ dalam. Mereka diawetkan dengan utuh. Sebagian bahkan sengaja minta diawetkan dengan meninggalkan wasiat agar dibangkitkan dalam jangka beberapa waktu berikutnya. Saya jadi inget film Underworld. Akhir perdebatan itu memberi pengaruh pada tokoh “aku” sehingga dia mengambil keputusan besar dalam hidupnya.
Di cerpen terakhir ini ada kutipan menarik.

Ketika salah satu peneliti berkata, “Saya kira kumbang scarab adalah salah satu dewa yang dipuja bangsa Mesir,” Allamistakeo terkejut, saya rasa sedikit marah dan tersinggung.
Lalu, berkata:


“Tidak ada bangsa di muka bumi ini yang menyembah lebih dari satu dewa. Kumbang scarab, burung ibis, dan binatang-binatang lain yang kami sucikan (sebagaimana bangsa-bangsa lain juga memiliki binatang suci mereka sendiri) hanyalah simbol atau media yang kami gunakan untuk membujuk rakyat agar menyembah Sang Pencipta, karena Dia terlalu agung untuk dihampiri secara langsung.”


Saya…, agak terpekur. Jadi, manusia yang sekarang kalah dengan mumi, eh, masyarakat Mesir zaman dulu tentang konsep ketuhanan? Ketika zaman sekarang orang sibuk menuding sana dan sini salah dalam beragama, jangan-jangan malah lupa kepada Tuhan itu sendiri.

Setiap orang punya cara masing-masing untuk menemukan Tuhannya. Ketika caranya berbeda dengan kita, tidak berarti kita berhak mencerca dan menghina. Itu tidak membantu. Jangan-jangan justru menjauhkan Tuhan dari kita. Karena…, bukankah merasa paling benar merupakan salah satu tanda munculnya kesombongan?


Pages