Entri Populer

Friday 20 March 2015

Ulasan Buku How to be Interesting karya Jessica Hagy


Buku ini berisi bagaimana cara menjadi menarik dalam sepuluh langkah sederhana.


Sebelumnya, waktu ditunjukin temen buku ini, saya nggak tertarik. Tapi pada suatu siang yang panas, warna kuning ngejreng dengan tulisan ungu di kover buku ini malah terlihat melambai-lambai minta dipegang. 





Jadi, saya ambil buku ini dari meja teman dan mengintip-intip isinya, kali ini dengan netral. Dulu, saya sudah malas melihat perpaduan ungu dan kuning di buku ini. Buat mata minus saya, serasa mencolok, bikin sakit mata.


Ketika mengintip, saya melihat bagian “Jadilah Seorang Detektif”. 


Memerhatikan orang. Mencuri dengar. Mengintai. Berkeliaran. Mendengarkan.
Maka Anda akan belajar kode-kode rahasia orang lain.
Setiap hari bisa menjadi misi rahasia yang menarik.


Yang muncul di otak saya adalah: “Buku apaan, nih?”
Saya paling nggak suka dengan orang yang kepengen tau banget urusan orang lain—sekarang istilahnya kepo, yak. Memangnya hal yang harus diurus dalam hidup dia kurang banyak, ya, sampe ngerasa mesti ikut tau urusan orang?

Begitu dulu. Sebelum ketemu Miss Marple-nya Agatha Christie.
Miss Marple adalah seorang nenek kepo yang nyebelin. Saya ngebayanginnya kayak emak-emak yang demennya nguping dan rumpi. Tapi, karena itulah dia berhasil memecahkan banyak kasus.
Intinya, kepo dia bermanfaat untuk orang banyak.

Oke. Jadi, ada kepo yang bermanfaat. Tapi tetep aja orang kepo itu nyebelin.

Pada waktu-waktu tertentu, saya juga mempraktikkan teori “Jadilah Seorang Detektif” ini. Tapi, model pengkhayal.
Di keramaian, di antara orang-orang yang tidak saya kenal, melihat dua orang yang kelihatannya sedang beradu argumen, saya akan mulai membangun pikiran: Kira-kira apa hubungan di antara keduanya, apa yang membuat mereka berdebat, dan seterusnya.

Tapi, pola pikir saya tentang “kesopanan” yang umum diajarkan orang-orang tua membuat saya berhenti pada tahap memperhatikan. Lalu, berkhayal seperti tadi. Nggak sampe mencuri dengar. 

Sampai saat menulis ini, saya merasa masih belum mau mempraktikkan kepo yang disarankan di sini, sih. Mungkin itu kegiatan yang menarik, tapi menurut saya, itu nggak membuat seseorang menjadi menarik—dalam artian baik.
Sama kayak Miss Marple, sih, banyak yang nggak suka dengan dia. (--__--“)


Tapi, saat membuka lembar awal buku ini, pada bagian “Mengapa Harus Menarik?” 


  • Untuk membatasi penyesalan Anda.
  • Supaya Anda dapat menghormati diri sendiri.
  • Untuk menghilangkan kebosanan. (berarti, bagian jadi detektif masuk di sini)
  • Supaya Anda dapat meninggalkan jasa, bukan noda.
  • Dan terutama karena Anda bisa.


Nah! Saya pun tertarik.
Maka, dimulailah perjalanan saya menjelajahi buku ini. 

Buku ini berisi sedikit tulisan yang diperkuat dengan gambar, jadi nggak membosankan. Gambar yang menemani tulisan-tulisan itu adalah… kurva dan himpunan. Iya, bagian pelajaran matematika itu. Gambar-gambar itu maksudnya untuk membantu kita memahami maksud tulisannya. 

Masalahnya, saya banyak lupa, deh, cara membaca hubungan kurva. (~..~”) Kalo himpunan masih inget.


Karena isinya untuk menggeser pola pikir seseorang, sebaiknya buku ini dibaca dengan kondisi “baik”. Maksudnya, lagi nggak terburu-buru dan nggak banyak masalah. 

Secara keseluruhan, isi buku ini mengajarkan kita untuk lebih berani. Menjadi orang yang lebih baik. Melihat dunia, lalu mengambil kesempatan. Keluar dari zona nyaman, tapi tetap bahkan lebih menikmati kehidupan.

Mungkin karena penulisnya orang Barat, saya menemukan beberapa saran yang akan bertentangan dengan pola pikir orang Timur. Apalagi kalau sudah melibatkan agama. Haghaghag….


Misalnya, pada bagian “Beri Ucapan Selamat Secara Tulus”.

Kata-kata ramah sangat berharga namun tanpa biaya; maka aneh sekali kalau kata-kata itu begitu langka. Ungkapkan yang Anda nikmati. Pujilah orang  yang sukses dalam cara-cra baru. Lakukan itu di depan umum dan sering.

Oookeee…. Kalo di sini, keseringan memuji bisa dianggap menjilat.
Kalo di agama saya, memuji berlebihan diumpamakan dengan memenggal kepala, soalnya bisa bikin orang itu tinggi hati, merasa cukup, lalu berhenti berusaha lebih baik.

Tentu saja ada bagian-bagian yang bisa diterapkan secara umum, tanpa bersinggungan dengan perbedaan latar belakang penulis dan pembaca.

Saya suka sekali Langkah 3 “Kerjakan sesuatu. Apa saja.”
Gambar yang menjelaskan mengapa Anda sedih di sini sungguh masuk akal. 

Makan, tidur, menonton TV. Begituuu… terus. Berputar-putar. Lalu tiba-tiba, Anda merasa heran ketika ada kesedihan yang tidak bisa Anda jelaskan. Kalo istilah Letto, lubang di hati. *hasek*



Sarannya bagus.

Mengobrol. Membuat sesuatu. Bergabung dengan jaringan. Bermain. Membantu. Mencipta. Tidak peduli apa pun yang Anda kerjakan, yang penting Anda mengerjakannya. Duduk-duduk sambil mengeluh bukan “sesuatu” yang dapat diterima.

Di halaman lain, ada saran “Kerjakan yang Anda Inginkan.” 

Kalau memikirkannya saja sudah membuat Anda tertekan: Jangan mengambilnya, menekuninya, atau menyerahkan hidup Anda untuknya.
Seandainya itu tidak penting bagi Anda: Jangan mengerjakannya hanya karena itu penting bagi orang lain.
Anda akan berterima kasih pada diri sendiri.

Jadi, kerjakan APA SAJA. Tapi, pastikan kalau itu adalah hal YANG ANDA INGINKAN. 
*Begitu kira-kira

Banyak pemikiran yang menarik.



Jika keangkuhan Anda lebih menonjol daripada keahlian Anda, Anda termasuk seseorang yang dihindari oleh orang lain.--p. 133

Direktur, walikota, dan penjual ikan. Yang penting bukan gelar atau jabatan; melainkan orang di belakangnya.--p.139

Kesalahan terjadi. Sering. Kadang-kadang itu karena kegagalan Anda dan kadang-kadang itu karena kesialan Anda. Lapangkan hati Anda untuk mengakui keduanya.--p. 153

Jika Anda tidak memiliki keberanian, Anda seperti kebanyakan orang lain, bergunjing tentang seseorang yang berani.--p.211


Bagus-bagus, kan? (づ ̄ ³)~


Silakan pilah-pilah sendiri mana yang sesuai dengan Anda, mana yang cukup pantas untuk dicoba. Kalo mau nyoba semua juga nggak apa-apa, sih.

Sampai sini, ada yang mulai berpikir, “Sebenarnya, saran begini sudah banyak, kan?”

Iya.
Tapi, saran bisa berbeda efeknya pada masing-masing orang, tergantung siapa yang menyampaikan dan bagaimana saran itu disampaikan.

Misalnya, pada bagian “Mulailah” di halaman 32.

Jangan menunggu sampai besok.
Katakan, kerjakan, atau buatlah sekarang. Pergilah ke tempat Anda harus pergi.

Ketika membacanya, mungkin….
  • Ada yang langsung tergerak untuk mulai. 
  • Ada yang sibuk membantah.
  •  Ada yang mulai… membangun alasan untuk menunda memulai.

Tapi, siapa tahu buku ini cocok dengan Anda.
Tidak ada salahnya mencoba. Mulailah. (^0^)/
Karena....

Selama Anda belum mati, Anda masih dapat mengubah sesuatu.--p. 261






Sumber gambar: Bosan, berenang.



2 comments:

  1. mw baca ah, jual buku'y gak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Baca, dah....
      Lebih pas kalo punya emang, biar bisa dibaca-baca ulang.
      Dan jawabannya... belum. Nggak ada stok buku ini... -_-"

      Delete

Pages