Entri Populer

Tuesday 7 February 2017

Selamat datang di Dunia Stephen King (Review Just After Sunset, Setelah Matahari Terbenam)



Selamat datang di Dunia Stephen King

Isi buku ini adalah 13 cerita pendek yang tidak pendek. Masing-masing cerita disampaikan dengan mula-mula penjabaran situasi dan tokoh. Stephen King, seperti diakuinya di akhir buku, detail dengan penceritaan, jadi ia memastikan pembaca harus mengerti karakter tokoh dan situasi yang dihadapi tokoh.

Sudut pandang penceritaan ke-13 cerita pendek ini bervariasi. Namun, karena buku ini cukup lama saya baca—satu bulan—saya mencicil membuat ringkasan kisah. Dan ternyata saya menikmati menyampaikannya dengan cara membuat “kamu” sebagai tokoh-tokoh dalam cerita-cerita berikut.

Willa
Kereta yang kamu naiki keluar jalur. Dalam masa menunggu bantuan, tunanganmu tak tampak. Kata penumpang lain, lebih baik lupakan tunangan yang pergi tanpa pamit pada saat seperti ini. Tapi, apakah kamu rela melepasnya begitu saja? Maka, kamu pun mulai melangkah. Ke kota terdekat. Melewati rimbun hutan yang dihuni serigala.
Dan menemukan tunanganmu. Sekaligus kenyataan menyedihkan.

Gadis Roti Jahe
Kehilangan bayi yang sudah diusahakan hadir selama 4 tahun membuat hubunganmu senggang dengan suami. Membuatmu berpikir untuk menyendiri. Dan lari. Maka kau menumpang di rumah peristirahatan ayahmu di tepi pantai yang sepi—karena bukan masa liburan. Di sana, kau berlari tiap hari. Berlari dan terus berlari, berusaha menyembuhkan rasa sakit dan ingatan-ingatan tentang bayi dan kehidupan sebagai istri yang silih berganti. Ketika sudah merasa akan sembuh, kau yang penasaran dengan cerita dari penjaga jembatan mengintip ke salah satu rumah tetangga yang sedang didatangi pemiliknya. Yang kau lihat di sana membuatmu harus menghadapi mengerikannya kematian yang menyapa.

Saya nggak ngerti bagian “roti jahe” dari cerpen ini. Apakah ada yang terlewat, ya?
Ternyata, di akhir ada jawabannya dari catatan Stephen King. Karena si gadis seperti tokoh Gingerbread yang selalu berlari.


Mimpi Harvey
Suamimu, Harvey, yang mulai tampak tua terbangun. Kau, entah bagaimana, merasakan firasat buruk. Harvey menceritakan mimpinya. Mengerirkannya mimpi itu dimulai setelah dering telepon rumah berbunyi. Karena bukankah mimpi buruk sebaiknya diceritakan agar tidak kejadian? Sementara kau mendengarkan sambil mengulur ingatan. Dan sampai pada saat berharap sungguh mimpi Harvey yang buruk benar-benar tidak jadi nyata. Tiba-tiba, telepon berbunyi. Bukankah Harvey sudah bercerita, seharusnya, isi percakapan di telepon tidak akan sama dengan mimpi Harvey, kan?

Area Istirahat
Kau penulis. Sedang dalam perjalanan pulang dengan mobil. Pada suatu peristirahatan, dini hari, kau menepi untuk buang air kecil. Tanpa disangka, kau mendengar seseorang sedang menyiksa pacar—atau istrinya? Kau menimbang tindakan apa yang harus dilakukan? Bagaimana?
Langkah yang diambil tokoh ini sungguh masuk akal.

Sepeda Stasioner
Setelah pulang tempat dokter, kamu membeli sebuah sepeda stasioner. Untuk menurunkan angka kolesterol. Kau pelukis. Yang kadang2 seperti kesetanan ketika mendapat inspirasi. Tidak seperti orang2 yang memasang TV di depan sepeda itu, kau memilih melukis pemandangan. Dan mulai membangun imajinasi tentang jalan itu. Tentang orang-orang yang kau lewati ketika pulang dari tempat dokter. Terus berimajinasi sambil bersepeda, sesekali melukis, hingga nilai kolesterol turun, kau tampak lebih bugar, dan kemudian kenyataan dan lukisan melebur tak tertahankan.

Benda-Benda yang Mereka Tinggalkan
Seharusnya kamu berangkat kerja hari itu. Saat kejadian 11 September menghantam New York terjadi. Tapi, hari itu kamu memang mendapat keinginan kuat untuk membolos. Dan selamat. Beberapa tahun berlalu. Kau tiba-tiba saja menemukan benda-benda kesayangan rekan-rekan kerjamu. Padahal pintu apartemen terkunci ketika kau pergi dan kembali. Tak ada tanda-tanda orang masuk. Dan benda-benda itu nyata.

Kau coba buang, sudah. Tak berhasil.

Ketika kau mulai mendengar benda-benda itu berbisik-bisik, kau yang terbiasa sendiri akhirnya memberanikan diri berkisah kepada seorang kawan. Kawanmu menawarkan membawa salah satu benda itu. Dan jika benda itu tetap di tempatnya, artinya kau bisa tenang. Tiga hari kemudian, kawanmu mengakui. Ia bahkan bisa menceritakan detail mengenai pemilik benda itu meskipun belum pernah bertemu. Sambil mengangsurkan benda itu kembali, kawanmu yang marah dengan wajah kusut memintamu tak mengganggunya lagi.

Nah, apa yang akan kau lakukan pada benda-benda yang mereka tinggalkan itu?

Seperti pada “Area Istirahat”, Stephen King juga memberi solusi dalam cerita ini.

Sore Kelulusan
Siapa bisa menebak kapan akan datang malapetaka? Suatu sore ketika sedang merayakan kelulusan dan merencanakan masa depan, di hadapanmu terpampang pemandangan yang menunjukkan masa depanmu jauh dari yang kau rencanakan. Masih tentang 11 September.

N.
Suatu hari, kamu menerima surat dari teman masa kecilmu, adik kawan baikmu, pengagummu. Ia berkisah mengenai kakaknya, seorang psikiater yang kamu ketahui mati bunuh diri baru-baru ini. Dia bilang, kakakmu pasti terpengaruh berkas kasus N. ini. Maka, kamu pun membacanya. Sudah ada dua larangan untuk membaca apalagi membuktikan apa yang tertulis dalam berkas tersebut.

Namun, setelah kematian si pengirim surat yang ikut-ikutan mengecek lokasi di dalam berkas, kamu pun memutuskan untuk pergi. Mengabaikan tiga orang sudah mati karena melangkah ke sana. Karena logikamu tidak mungkin menerima bahwa ada semacam gerbang gaib di salah satu bukit dekat rumah masa kecil kalian.

"Kita melihat wajah-wajah orang mati sebagai semacam gerbang. Gerbang itu tertutup untuk kita... tapi kita tahu ia tak akan selalu tertutup.--p. 318"

Kucing dari Neraka
Kamu tidak mengerti apa yang ditakuti kakek di hadapanmu dari seekor kucing. Kamu seorang pembunuh profesional, dan ia minta kamu membunuh kucing yang sedang melingkar di pangkuanmu. Kamu ingin membunuh kucing itu di hadapannya, kakek itu menolak. Bawa jauh-jauh, katanya. Kucing itu sudah membunuh tiga orang penghuni rumah itu. Kakek itu, yang mengakui sempat menggunakan kucing sebagai media uji coba penelitiannya, menyebutnya Kucing dari Neraka, dikirim Tuhan untuk menghukumnya. Kamu, masih takjub mendengar kisah si Kakek, membawa kucing itu dan bersiap menerima uang mudah. Nyatanya, kucing itu sama sekali bukan lawan yang mudah.

The New York Times dengan Harga Khusus
Kamu baru selesai mandi ketika telepon berdering. Kenapa tidak ada yang mengangkat di bawah? Pikirmu. Ketika kau angkat, kau tidak mengira akan mendengar suaranya. Suara suamimu yang sedang akan dimakamkan di bawah sana. Suamimu bercerita ia berada di suatu tempat yang luas dengan baterai telepon yang minim. Kamu, setengah terisak, sambil mengingat kondisi para korban pesawat yang terbakar, tau tak ada yang bisa diperbuat untuk membuatnya kembali, lanjut berbincang. Suamimu mengingatkan mengenai jagan pergi ke toko roti di hari Minggu karena ia tau sesuatu akan terjadi tapi lupa apa.

Setelah telepon itu berakhir, hidupmu tetap berlanjut, hingga menikah lagi. Suatu ketika, kamu ingin ke toko roti, namun tidak ke toko roti langgananmu. Dan ternyata di sana terjadi kebakaran. Setelah itu, kamu mencoba menelepon nomor yang dulu memanggilmu. Ternyata… yang muncul adalah… judul cerpen ini.

Bisu
Kamu bercerita dalam bilik dosa kepada seorang pastur di sana: kau sedang dalam perjalanan panjang, seperti biasa, sebagai sopir. Hari itu, kau memutuskan menepi demi menampung seseorang yang ingin menumpang. Dari jauh, terlihat papan yang menunjukkan penumpang itu bisu. Dan ternyata, di balik papan itu, menunjukkan kalau ia juga tuli. Karena ia bisu, dan tuli, dan kau sedang pekat dengan masalah. Kau berkisah. Termasuk semua sumpah serapah.

"Dia bisu-tuli, tidakkah kau mengerti? 
Aku bisa mengatakan apa pun dan tidak perlu mendengarkan dia membuat analisis, memberi pendapat, atau menawarkan nasihat bijak."--p. 423

Dan ternyata, penumpangmu menghilang ketika kau menepi setelah buang air kecil. Tak ada yang dicuri, kecuali semacam jimat yang kau gantung di dekat kaca spion dalam. Kau tak berpikir apa-apa. Sampai kemudian kau mendapati masalahmu diselesaikan. Olehnya. Perselingkuhan istrimu dan penggelapan yang ia lakukan terselesaikan dengan damai berkat pembunuhan yang dilakukan oleh si penumpang. Rupanya ia tidak tuli. Hanya bisu.

Ayana
Kau mendapat keajaiban dari Ayana yang mampu menyembuhkan dengan sentuhan, dan mendapat panggilan untuk meneruskan mukjizat tersebut.

Tempat yang Sangat Sempit
Kamu diajak bertemu oleh saingan seumur hidup. Kamu kira, ia menyesal dan ingin berdamai. Nyatanya, kamu dipaksa masuk ke tempat yang sangat sempit. Dalam artian sebenarnya. Dalam sebuah toilet lama tak terpakai, yang dinding dan atapnya dilapis baja. Iya, kamu ditinggalkan di sana agar mati bergelimang kotoran. Tapi ternyata keinginan hidup justru meningkat ketika maut tampak dekat. Dan tebak bagaimana kamu harus berjuang agar dapat keluar dari toilet itu.


Pada bagian akhir, ada bab “Catatan Matahari Terbenam”, yang syukurlah diletakkan di akhir. Iya, saya termasuk golongan yang tidak begitu menyukai “pengantar”. Karena… merasa tidak perlu diantar. Namun jika diletakkan di belakang, tidak masalah. Toh saya sudah selesai menjelajah. Dan untunglah Stephen King tidak dalam-dalam mengulik karyanya sendiri dalam catatan ini. Ia justru menceritakan sumber inspirasi cerita-ceritanya, yang rupanya sebagian besar merupakan pengalaman pribadi yang ia perkaya.

Selamat datang, selamat memasuki dunia ala Stephen King...


Misalnya, pada cerpen “Area Istirahat” yang benar-benar ia alami, namun tanpa insiden seperti dalam cerpen. Pasangan yang bertengkar akhirnya pergi tanpa ada pemukulan. Pantas saja si tokoh adalah penulis terkenal. Iya, dia bahkan nggak repot-repot mengganti profesi tokoh. Lalu, Stephen King membayangkan. Bagaimana ya seandainya ia tidak hanya mendengar pasangan yang bertengkar di dalam toilet di area istirahat antah berantah, tapi juga mendengar kekerasan, apa yang akan ia lakukan, ya? Maka ia pun menuliskannya. Apik caranya. Dan penyelesaian yang ia gambarkan pun, seperti saya bilang sebelumnya, masuk akal.


Sungguh menarik menikmati dunia yang disuguhkan Stephen King. Dan saya paling suka dengan “Area Istirahat” dan “Bisu”. Untuk kisah mistis, “Mimpi Harvey” dan “Benda-Benda yang Mereka Tinggalkan” cukup kuat. 



sumber gambar


Empat Tengkorak Bintang untuk buku ini
Judul: Just After Sunset (Setelah Matahari Terbenam)
Penulis: Stephen King
Penerbit: Gramedia
Tebal: 576 halaman.
Tahun terbit: 2013
ISBN: 9786020300610

2 comments:

Pages