Entri Populer

Thursday 11 August 2016

Dua Peribahasa bagi Seorang Tersangka Pembunuhan

Ulasan Novel Konspirasi Takdir Karya Jeffrey Archer





Judul: Konspirasi Takdir [A Prisoner of Birth]
Penulis: Jeffrey Archer
Penerbit: Gramedia, 2008
Halaman: 616

Bagai Jatuh Tertimba Tangga

Tangga besi pula.

Mungkin itu peribahasa yang cocok menggambarkan kondisi Danny Cartwright (iya, nama keluarganya mirip Rianti, artis Indonesia yang mirip saya). Suatu hari, dia melamar pacarnya, Beth Wilson. Kemudian, dia, Beth, dan Bernie Wilson—kakak Beth, mengadakan semacam perayaan atas lamaran itu di Dunlop Arms—semacam kedai tempat minum.

Nahas, pengunjung lain di sana, empat orang laki-laki, mulai resek. Awalnya, salah satu dari mereka ngasih celetukan merendahkan. Karena tidak ditanggapi, celetukan itu semakin menjadi. Pancingan berhasil. Mereka berkelahi. Ketika pertengkaran sepertinya sudah akan dimenangkan tunangan dan kakaknya, Beth memanggil taksi. Hanya beberapa menit dia pergi. Tapi, yang dibutuhkan Beth kemudian ternyata bukan lagi taksi, melainkan ambulans.

Bernie tidak selamat selama di perjalanan menuju rumah sakit. Beberapa tusukan di tubuhnya membuat ia kehabisan terlalu banyak darah. Dan yang menjadi tersangka adalah Danny.
Danny dan Beth tidak menyangka, keempat orang yang ada di Dunlop Arms malam itu adalah orang-orang dengan posisi terhormat di masyarakat: pengacara, aktor, aristrokat, dan rekanan perusahaan terkemuka. Sementara Danny hanya karyawan bengkel. Dan satu-satunya saksi yang menguatkan dia adalah tunangannya, yang mungkin membelanya berdasarkan cinta.

Kepada siapa memangnya juri akan memihak?

***

Bagai Mendapat Durian Runtuh

Durian montong pula.

Setelah kesialan bertubi-tubi, Danny mendapat kesempatan emas. Justru kesempatan itu ia dapatkan di penjara. Dengan memberanikan diri mengambil risiko, dia berhasil bebas—dan kaya. Mulailah saatnya membalas dendam.

***

“Tugasmu membela klienmu sebaik mungkin, bersalah maupun tidak.”—p. 57 
Hal yang menarik dari buku ini bagi saya justru cara bekerja pengacara, jaksa, dan hakim ketika persidangan berlangsung.

Pertarungan Alex Redmayne—pembela Danny dengan Arnold Pearson—jaksa, mewakili kerajaan.

Misalnya, pertanyaan pertama Pearson untuk Beth. Bukannya bertanya “di mana Anda pada tanggal xxx”, atau “apa yang Anda lihat”, atau sejenisnya, ia malah bertanya:

“Miss Wilson, apa sarapan Anda pagi ini?”

Mengejutkan, memang. Seolah tidak terkait dengan kasus. Dan pasti saksi malah jadi bingung. Namun ternyata kaitannya adalah:

“Anda tidak ingat sarapan Anda pagi ini, tapi Anda ingat sekali ucapan yang Anda dengar enam bulan lalu.”

***


Saya mulai hilang kesabaran di halaman 480-an. Aksi pembalasan dendam Danny tidak bisa saya nikmati.


Malah kayak sinetron, pikir saya. Panjang betul dijabarinnya.

Jauh sebelumnya, pada saat pertemuan Danny dengan rekan satu selnya, Nick dan Big Al, saya sudah sempat mengernyit. Nick dan Big Al bisa dikatakan sangat baik kepada Danny. Kelewat baik untuk orang yang baru kenal. Dan saya sependapat dengan Big Al: ngapain Nick sampe ngajarin Danny cara makan di restoran mewah?

*spoiler*
Bahkan, Nick membuat wasiat kalau dia mewariskan seluruh hartanya kepada Danny.
*spoiler end*

Masalahnya, karakter Danny nggak memikat pembaca—saya—seperti dia berhasil memikat Nick, Big Al, dan tokoh lain yang membelanya mati-matian.
Memang, dia berusaha berjuang melawan tuduhan pembunuhan. Bahkan tawaran agar dia mau mengakui saja pembunuhan itu agar hukumannya jauh lebih ringan ditolaknya.

“Kalau kau menerima tawaran itu (mengakui), kau dapat meniti hidup bersama Beth dalam kurun 2 tahun.” 
“Hidup macam apa?”—101

Tapi nggak seistimewa itu karakternya. Bahkan, dia sempat merendahkan orang berdasarkan latar belakang.

Ia [Danny] membayangkan apakah Molly akan seterpesona itu jika tahu bahwa dia baru saja melayani anak tukang parkir di Grimsby Borough Council.—p. 485

Memang kenapa kalau dia anak tukang parkir? -____-“

Tapi, saya jadi ingat jawabannya—kenapa Danny bisa mendapat dua peribahasa tersebut—ketika melihat judul buku ini: Mungkin, itu semua memang konspirasi takdir. [*]



1 comment:

  1. Aih, twist tentang pertanyaan sarapan itu cerdas sekali, Bunda Kira.

    ReplyDelete

Pages